Market Commentary

Berkat BBRI, BBNI, & BMRI, IHSG Balik ke 7.200-an Lagi

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
04 July 2024 16:23
Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup cerah pada perdagangan Kamis (4/7/2024), di mana investor masih menimbang pernyataan bank sentral Amerika Serikat (AS) terbaru.

IHSG ditutup menguat 0,34% ke posisi 7.220,89. IHSG berhasil menyentuh kembali level psikologis 7.200, di mana IHSG terakhir berada di level psikologis ini yakni pada perdagangan 28 Mei lalu.

Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 10 triliun dengan melibatkan 19 miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 1,05 juta kali. Sebanyak 351 saham naik, 207 saham turun, dan 230 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor teknologi menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 1,88%.

Selain itu, beberapa saham juga terpantau menjadi penggerak atau movers IHSG. Berikut daftarnya.

Saham perbankan raksasa menjadi penopang terbesar IHSG pada hari ini, dengan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi yang paling besar menopang IHSG yakni mencapai 20,7 indeks poin.

IHSG kembali bergairah terjadi di tengah sikap investor masih menimbang pernyataan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan pemangkasan suku bunga, di mana The Fed masih menunggu sampai data inflasi, ekonomi, dan tenaga kerja di AS mulai bersahabat.

Pejabat The Fed pada pertemuan terakhir mereka mengakui perekonomian AS tampaknya melambat dan "tekanan harga berkurang," namun tetap menyarankan pendekatanwaitand seesebelum melakukan penurunan suku bunga.

Namun jika narasi seputar inflasi menunjukkan keyakinan bahwa inflasi sedang menuju ke arah penurunan,para pengambil kebijakan The Fedbelum siap untuk membuka kemungkinan penurunan suku bunga.

"Para pejabat tidak memperkirakan bahwa akan tepat untuk menurunkan suku bunga sampai informasi tambahan muncul untuk memberi keyakinan lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju target 2%," kata risalah tersebut.

Sebelumnya,The Fed masih memerlukan lebih banyak data sebelum memangkas suku bunga untuk memastikan bahwa inflasi yang lebih lemah baru-baru ini memberikan gambaran sebenarnya tentang apa yang terjadi pada tekanan harga.

"Kami hanya ingin memahami bahwa tingkat yang kami lihat adalah gambaran sebenarnya tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan inflasi," kata Ketua The Fed, Jerome Powell pada konferensi kebijakan moneter di Portugal yang disponsori oleh Bank Sentral Eropa.

"Kami ingin lebih percaya diri, dan sejujurnya karena perekonomian AS kuat, kami mempunyai kemampuan untuk mengambil waktu kami," tambah Powell.

Meski begitu, investor global tetap optimis bahwa The Fed diprediksi masih dapat memangkas suku bunga acuannya dua kali pada tahun ini.

Menurut data perangkatFedWatch, pemangkasan pertama terjadi pada pertemuan September sebesar 25 basis poin menjadi 5,00% - 5,25%. Peluangnya sebesar 59,9%. Kemudian pada pertemuan Desember akan terjadi pemangkasan suku bunga sekali lagi sebesar 25 basis poin ke 4,75% - 5,00%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Euforia IHSG Kembali ke 7.300-an

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular