DPR Tegaskan Rupiah Rp 16.500 Bahaya, Idealnya Balik ke Rp 15.000

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
03 July 2024 20:40
Uang dolar AS dan Rupiah. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Uang dolar AS dan Rupiah. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Para anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Komisi XI meminta Bank Indonesia (BI) untuk memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali ke level Rp 15.000. Mereka meminta paling tidak rupiah balik ke Rp 15.900/US$.

Sebagaimana diketahui, rupiah beberapa pekan terakhir sempat menyentuh level atas Rp 16.400/US$, meskipun per hari ini, berdasarkan data Refinitiv, rupiah ditutup menguat ke angka Rp16.365/US$ pada Rabu (3/7/2024).

Wakil Ketua Komisi XI DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Dolfie Othniel Frederic Palit mengatakan, DPR sejauh ini telah mengusulkan kepada pemerintah dan BI supaya rupiah balik ke level Rp 15.900. Level itu sebetulnya telah disepakati saat rapat panja terkait nilai tukar rupiah dan inflasi dengan BI dalam asumsi makro APBN 2025.

Sebagaimana diketahui, hasil kesepakatan antara DPR dan Pemerintah dalam panja itu terkait asumsi nilai tukar rupiah di rentang Rp 15.300-15.900. Lebih rendah dari usulan pemerintah yang berada dalam rentang Rp 15.300-16.000 dan BI yang berkisar antara Rp 15.300-15.700.

"Kalau kita sih harapannya ke Rp 15.900, tapi kan trennya harus lihat dulu apa menurun atau enggak, arahan kita ke BI agar rupiah menguat," kata Dolfie saat ditemui di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (3/7/2024).

Oleh sebab itu, Dolfie mengatakan, BI perlu memperkuat instrumen stabilisasi nilai tukar rupiah melalui intervensi di tiga sektor, yakni intervensi di pasar spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta Surat Berharga Negara (SBN).

"BI kelola lah itu bagaimana, karenakan kita enggak bisa masuk juga ke dalam kebijakan moneter BI, karena independensi BI. Yang penting kita lihat hasil akhirnya saja," ucap Dolfie.

Komisi XI DPR juga sebetulnya telah meminta BI untuk membuat tabel uji elastisitas atau stress test dari setiap pelemahan dan penguatan rupiah terhadap kondisi perekonomian nasional. Seperti tiap pelemahan Rp 100 bagaimana dampaknya ke APBN maupun inflasi.

Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi PKS Anis Byarwati mengatakan, dari hasil tabel stres test itu, ia mengatakan, batas atas dari pelemahan rupiah ialah Rp 16.500/US$. "Rp16.500 itu sudah alarm, jangan sampai ke situ," kata Anis saat ditemui di lokasi yang sama dengan Dolfie.

Menurut Anis, pertimbangan level itu dalam panja ialah utang luar negeri pemerintah yang mayoritas dalam bentuk dolar AS. "Otomatis misalnya mata uang asing menguat maka utang kita juga akan tinggi naiknya. dan ini kita terus memantau karena bagaimanapun tugas BI menstabilkan nilai tukar rupiah," tegasnya.

Berdasarkan catatan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, dari total utang per 30 April 2024 yang sebesar Rp 8.338,43 triliun, total utang dalam dolar AS memang sebesar Rp 1.713,26 triliun, euro Rp 388,45 triliun, yen Jepang Rp 270 triliun, dan lainnya Rp 30,92 triliun. Namun, dari total utang itu mayoritas masih dalam bentuk mata uang rupiah sebesar Rp 5.935,42 triliun.

Oleh sebab itu Anies menekankan, yang jelas Komisi XI DPR telah meminta kepada BI untuk bisa kembali memperkuat nilai tukar rupiah ke level kisaran Rp 15.000/US$. "Target kita terakhir di panja Rp 15.000 mudah-mudahan di tahun ini, di tahun depan bisa Rp 15.000," ucap Anis.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Rupiah Anjlok, Tembus Rp16 Ribu Per Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular