
Saham GOTO Bisa Masuk FCA, Mantan Bos Besar Bursa Malah Rajin Borong

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasan Zein Mahmud berbicara mengenai pergerakan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) yang makin tertekan. Ia melihat bahwa antrean investor yang ingin menjual saham sejuta umat itu semakin banyak sementara volume transaksi semakin sedikit.
Jika tren ini terus berlanjut, Hasan mengatakan ada kemungkinan saham GOTO masuk ke papan pemantauan khusus atau full call auction (FCA).
"Kalau trend berlanjut, terbuka peluang saham 'kebanggaan banyak orang' ini dikerangkeng BEI ke penjara Papan Pemantauan Khusus (PPK)," kata Hasan, Rabu (3/7/2024).
Hasan kemudian menyorot deretan nama-nama terkenal pemegang saham GOTO. Di antaranya grup konglomerat luar negeri Taobao China Holding milik Alibaba dan SVF GT Subco milik Softbank. Lalu, ada juga Abu Dhabi Investment Authority (ADIA).
Kemudian dari Indonesia sendiri ada Indonesia Investment Authority (INA), PT Astra International Tbk. (ASII), dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM). Hasan mengatatakan mereka boleh jadi tergabung dalam pemegang saham Masyarakat Non Warkat.
Ia juga menyorot para individu terkenal yang berada di jajaran pengurus GOTO. Di jajaran komisaris, ada Agus Martowardojo dan John A. Prasetio. Sedangkan direktur utama diisi oleh Patrick Sugito Walujo yang Hasan sebut si "visioner bisnis cemerlang."
"Pertaruhan reputasi?" tanya mantan bos BEI itu.
"Bagi saya sebagai investor, pertanyaan yang paling relevan tetap: 'Apakah GOTO sebagai perusahaan akan mampu bertahan eksis, atau akan hilang dari peredaran?' Jawabannya puluhan kali saya ulang dalam celoteh: hanya perusahaan yang mampu menghasilkan laba secara wajar dari operasi yang wajar yang mampu bertahan," terang Hasan.
Dari kacamata, lanjutnya, ia melihat secara fundamental GOTO saat ini jauh lebih kuat. Sebab, segmen e-commerce yang "boros dan boncos" sudah bisa ditransformasi menjadi penyumbang laba bersih. Itu dibayar dengan harga kehilangan pengendalian.
Segmen Service on Demand (SOD), menurut Hasan, menghadapi persaingan yang tidak setajam e-commerce. Di samping peluang ekspansi yang masih sangat lebar.
"GOTO memang tak memiliki dukungan pendanaan sehebat Grab yang ditopang oleh Sea Group. Kalah jauh dalam nilai kapitalisasi dibandingkan Grab yang tercatat di NASDAQ. Tapi saya tidak melihat alasan GOTO tidak mampu bersaing dalam memperebutkan pasar di kandang sendiri. Indonesia - begitu luasnya - merupakan lahan paling menraik untuk bisnis SOD di ASEAN," lanjut Hasan.
Terkait penurunan harga, ia memandang semata faktor teknis. Hal itu lantaran Taobao telah menjual porsi kepemilikannya lebih dari 16 miliar saham. GT Subco juga menjual hampir 100 juta saham.
Belum lagi sebagian founder GOTO, terutama yang berasal dari Tokopedia yang telah menjual kepemilikannya.
"Tanpa kehadiran pembeli besar, butuh waktu lama agar perimbangan permintaan dan penawaran kembali ke titik ekuilibrium," pungkas Hasan.
Karena itu, Hasan menyatakan akan menyisihkan "jatah angkringan"-nya untuk membeli 100 lot GOTO setiap minggu, bila harganya masih di kisaran Rp50 atau lebih rendah. Ia menyebut ini sebagai aksi menabung saham.
"Uji akurasi penerawangan hingga akhir 2024. Cuan? Urusan kesekian. Hhhh," tandas Hasan.
(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Merger Grab - GOTO Berhembus Kencang, Bos Bursa Buka Suara