BI & BPS Tiup Angin Segar ke Rupiah, Dolar Turun Jadi Rp16.320

rev, CNBC Indonesia
01 July 2024 15:27
Penukaran uang dolar (AS) dan rupiah di Valuta Inti Prima (VIP) Money Changer, Menteng, Jakarta, Rabu (11/10/2023). (CNBC Indonesia/ Faisal Rahman)
Foto: Penukaran uang dolar (AS) dan rupiah di Valuta Inti Prima (VIP) Money Changer, Menteng, Jakarta, Rabu (11/10/2023). (CNBC Indonesia/ Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) serta Bank Indonesia (BI) yang menunjukkan aliran dana asing ke domestik.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka menguat 0,31% di angka Rp16.320/US$ pada hari ini, Senin (1/7/2024). Apresiasi ini telah terjadi selama tiga hari beruntun dan merupakan posisi terkuat sejak 13 Juni 2024.

Sementara DXY pada pukul 15:05 WIB melemah 0,24% di angka 105,61. Angka ini lebih rendah dibandingkan posisi kemarin (28/6/2024) yang berada di angka 105,86.

BI telah merilis data transaksi 24-27 Juni 2024, bahwa investor asing tercatat beli neto Rp19,69 triliun atau hampir Rp 20 triliun. Angka itu terdiri dari beli neto Rp8,30 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto Rp2,23 triliun di pasar saham, dan Rp9,16 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Total net foreign buy nyaris Rp20 triliun tersebut sangat mengejutkan, mengingat hal tersebut terakhir kali terjadi pada pekan ketiga Mei 2024 atau sekitar 1,5 bulan lalu yang sempat tercatat net foreign buy sebesar Rp22,06 triliun dengan didominasi oleh SRBI.

Selama tahun 2024, berdasarkan data penyelesaian sampai dengan 27 Juni 2024, investor asing tercatat jual neto Rp36,46 triliun di pasar SBN, jual neto Rp9,78 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp123,21 triliun di SRBI.

Hal ini tentu menjadi angin segar bagi pasar keuangan domestik dan berujung pada apresiasi rupiah.

Selain itu, data inflasi yang dirilis oleh BPS juga lebih rendah dibandingkan ekspektasi pelaku pasar memberikan sentimen positif bahwa kenaikan harga barang dapat terjaga.

Secara tahunan, inflasi Juni 2024 naik 2,51% dan secara bulanan justru mengalami deflasi 0,08%.

Ekonom Universitas Indonesia (UI), Ninasapti Triaswati menilai deflasi yang terjadi di Mei-Juni 2024 tidak mengejutkan karena secara historical setelah terjadi kenaikan harga periode lebaran dan libur panjang maka akan terjadi deflasi.

Untuk diketahui, target inflasi oleh BI pada 2024 yakni dikisaran 1,5-3,5%. Artinya jika inflasi dapat dijaga di level tersebut, hal ini akan disambut positif oleh para pelaku pasar.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Menguat Tipis, Harga Dolar Sempat Sentuh Rp15.900

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular