Dua Hari Menguat, tapi Tantangan Rupiah Masih Berat

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
26 June 2024 08:15
Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terpantau menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS), tetapi masih pada level yang sama sejak Pandemi Covid-19.

Menurut data Refinitiv, rupiah kembali menguat terhadap dolar AS pada penutupan kemarin sebesar 0,12% ke angka Rp16.370/US$. Apresiasi rupiah ini sejalan dengan penguatan rupiah yang terjadi di awal pekan ini sebesar 0,33%.

Penguatan rupiah berhasil menjauhi level Rp16.400/US$, namun belum terlalu signifikan untuk keluar dari zona terburuk sejak Pandemi menyerang RI.

Penguatan rupiah terjadi setelah diselenggarakan Konferensi Pers terkait Kondisi Fundamental Ekonomi Terkini dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.

Baik pemerintah maupun tim Prabowo menegaskan jika pemerintahan Prabowo-Gibran Rakabuming Raka akan tetap menjalankan APBN 2025 secara prudent, termasuk dengan tetap menetapkan ambang defisit maksimal 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) serta rasio utang terhadap PDB sebesar 60%.

Pernyataan ini menjawab kekhawatiran banyak pihak jika belanja pemerintahan Prabowo akan membuat defisit ke atas 3% dan rasio utang mendekati 60%.
Sementara itu, ekonomi Indonesia diperkirakan masih akan tumbuh stabil di atas 5% hingga 2025.

Menurut laporan Bank Dunia berjudul Indonesia Economic Prospects, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia diperkirakan mencapai rata-rata 5,1% per tahun pada 2024 hingga 2026.

Namun demikian, Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengatakan pengelolaan APBN tahun depan tergolong cukup berat, mengingat selain akan adanya program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan anggaran Rp71 triliun, juga terdapat utang jatuh tempo dengan jumlah cukup besar yakni Rp800,33 triliun yang terdiri dari SBN Rp 705,5 triliun dan pinjaman Rp 94,83 triliun.

"Nah ini kan yang masih banyak menjadi pertanyaan orang. Saya rasa memang pengelolaan APBN tahun depan itu agak berat, karena kan utang jatuh temponya cukup besar," tutur Aviliani.

Perlu dicatat, nilai tukar rupiah memang sudah menguat selama dua hari beruntun. Namun, rupiah masih berada dalam level tinggi yakni di sekitar Rp 16.300an. Rupiah bahkan sudah berada di level Rp 16.000 dalam sebulan terakhir.

Sepanjang bulan ini, nilai tukar rupiah sudah melemah 0,8% dan ambruk hampir 6% sepanjang tahun ini.

Pelemahan rupiah berdampak besar ke banyak sektor usaha mulai dari ritel, perusahaan yang menggantungkan bahan mentah ke impor, perusahaan dengan banyak utang dolar AS, IHSG, hingga masyarakat biasa.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, nilai tukar rupiah tampak menguat dengan keluar dari garis MA20, MA50, dan MA100. Jika rupiah menguat lagi, paling dekat potensi menguji support di Rp16.350/US$ yang merupakan low candle intraday 20 Juni 2024, sekaligus berdekatan dengan garis MA200-nya.

Sementara itu, untuk resistance terdekat ada di Rp16.390/US$ yang bertepatan dengan garis MA50, sekaligus mendekati level psikologis Rp16.400/US$. Resistance ini perlu diantisipasi jika ada pembalikan arah melemah lagi.

Pergerakan rupiah melawan dolar ASFoto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH


(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Menguat Tipis, Harga Dolar Sempat Sentuh Rp15.900

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular