PTPN Bayar Utang Rp 18 Triliun, Sisa Utang Masih Rp 30 Triliun

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
25 June 2024 15:20
Hari yang cerah para petani mulai bekerja memetik daun teh di kawasan Pasir Jambu, Bandung, Jawa Barat. Teh merupakan satu dari 15 komoditas utama dan unggulan perkebunan Indonesia.



Jawa Barat merupakan produsen teh terbesar di Indonesia. Sekitar 70% produksi teh nasional berasal dari provinsi ini.


Jawa Barat menjadi lokasi pengembangan perkebunan teh karena daerahnya yang subur, udaranya sejuk, dan topografinya yang bergunung-gunung yang sangat cocok untuk tanaman teh.



Kebun teh dikawasan ini tak hanya dikelola badan usahan namun terdapat juga kebun teh rakyat. Kebun teh rakyat merupakan budidaya yang diusahakan secara mandiri oleh masyarakat tanpa berbentuk badan usaha. 


Setiap pagi para petani sudah sibuk beraktivitas untuk memetik dan dikumpulkan di wadah yang  dipikul sambil menggunting daun-daun teh terbaik di perkebunan tersebut.


Menurut mereka dalam sehari mereka dapat memetik sebanyak 1 kwintal dari perkebunan teh rakyat ini dan dibawa ke pabrik untuk diolah



Disela sela aktivitas memetiknya, para petani tersebut berkumpul untuk beristirahat diselingi canda gurau untuk menghilangkan letihnya.


Produksi teh dalam negeri beberapa tahun terakhir cenderung melandai karena penyusutan areal perkebunan. 

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, produksi daun teh kering dalam negeri bergerak fluktuatif dalam 5 tahun terakhir. Produksi tertinggi daun teh kering sebanyak 154.369 ton yang terjadi pada 2014.

Dalam kurun 18 tahun terakhir, jumlah ekspor teh berkurang lebih dari separuh. Dari 105.581 ton pada 2000 menjadi 49.038 ton pada 2018.



Peringkat Indonesia sebagai negara pengekspor teh turun cukup banyak dari urutan ke-5 di dunia pada 2004 menjadi peringkat ke-12 pada 2018.

(CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Perkebunan teh di Kawasan Pasir Jambu, Bandung, Jawa Barat (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Perkebunan Negara (PTPN) III membeberkan perusahaan sudah membayar utang sebesar Rp 18 triliun dari utang total keseluruhan perusahaan sebesar Rp 43 triliun.

Hal itu seperti yang dibeberkan oleh Direktur Utama PTPN III Muhammad Abdul Ghani. Dia mengatakan bahwa perusahaan saat ini memiliki sisa utang sebesar Rp 30 triliun.

"(Utang) Rp 30 triliun-an dari Rp 43 (triliun)," jelasnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Jakarta, Selasa (25/6/2024).

Adapun, detailnya Ghani mengungkapkan bahwa pihaknya sejak tahun 2020 lalu telah membayar kewajiban kepada perbankan sebesar Rp 11,3 triliun, menurunkan utang pokok sebesar Rp 11 triliun, menyelesaikan santunan sebesar Rp 3,7 triliun, dan pembayaran iuran pensiun hingga Rp 3 triliun.

"Selama transformasi yang kami lakukan dari 2020 sampai saat ini selama 3 tahun mengumpulkan laba Rp 11,7 triliun. Lalu sudah membayar kewajiban perbankan Rp 11,3 triliun, utang pokok kami turun Rp 11 triliun, santunan Rp 3,7 triliun sudah kami bayar iuran pensiun yang dulu nggak pernah kami bayar sudah kami bayar Rp 3 triliun," bebernya.

Selain itu, mengungkapkan laba bersih perusahaan pada tahun 2024 ini ditargetkan mencapai Rp 3,9 triliun yang mana meningkat dibandingkan dengan realisasi pada tahun 2023 lalu yang hanya mencapai Rp 1,02 triliun.

"Kemudian PTPN III 2023 tahun lalu sedikit turun Rp 2,5 triliun karena harga turun," imbuhnya.

Adapun dalam paparannya, Ghani mencantumkan target laba bersih tahun 2024 ini tercatat lebih rendah dibandingkan dengan laba bersih pada tahun 2022 lalu yang mencapai 6,01 triliun.

Selain itu, Ghani juga memaparkan bahwa pendapatan kotor atau gross profit PTPN III tahun 2024 ini ditargetkan mencapai Rp 19,8 triliun yang mana lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pendapatan kotor perusahaan tahun 2023 lalu yang mencapai Rp 12,8 triliun.

Ghani memaparkan bahwa pendapatan perusahaan dari tahun ke tahun secara rerata meningkat 17,5% terhitung sejak tahun 2020 lalu.

Sedangkan, untuk pendapatan perusahaan tahun 2024 ini ditargetkan mencapai Rp 61,7 triliun. Hal itu tercatat meningkat dibandingkan tahun 2023 lalu yang realisasi pendapatan perusahaan mencapai Rp 50,9 triliun.

Secara rata-rata sejak tahun 2020 lalu, pendapatan perusahaan dari tahun ke tahun terhitung terus meningkat mencapai 11,9%.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Selain Stafsus Menteri Erick, Tsamara Amany Juga Jadi Komisaris BUMN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular