
RI Ketergantungan Impor, Rupiah Hari Ini Masih Sulit Menguat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah masih tertekan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), bahkan berada di level terpuruk sejak Pandemi Covid-19.
Melansir data Refinitiv, rupiah masih tercatat ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Jumat kemarin sebesar 0,12% di angka Rp16.445/US$. Bahkan di tengah perdagangan, rupiah sempat menyentuh titik terlemahnya yakni di level Rp16.475/US$.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menegaskan permasalahan faktor fundamental yang menekan rupiah salah satunya adalah karena bahan-bahan pokok kebutuhan masyarakat Indonesia yang masih harus dipenuhi dengan impor. Hal ini membuat kebutuhan dolar pun tentu masih sangat tinggi untuk membeli produk asing tersebut.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kegiatan impor beras ke Indonesia masih tinggi hingga Mei 2024. Menurut data BPS, pada periode Januari-Mei 2024 impor beras ke Indonesia meningkat 165,27% dari posisi data pada Januari-Mei 2023 sebanyak 854 ribu ton, menjadi 2,2 juta ton pada periode Januari-Mei 2024.
"Ketergantungan impor pangan ini akan terus meningkat ke depannya, sejalan juga dengan produksi pangan dalam negeri yang bisa dibilang stagnan, luasan lahan panen yang cenderung turun, ada anomali cuaca yang juga tidak dipersiapkan dengan baik di dalam negeri mengganggu produksi pangan," ucap Bhima.
Jika hal ini terus terjadi, maka tekanan terhadap rupiah tak akan dapat terbendung.
Pelaku pasar keuangan Indonesia kini perlu mempertimbangkan sejumlah sentimen yang akan menggerakkan pasar keuangan pada hari ini, Senin (24/6/2024). Salah satu sentimen bisa datang dari Konferensi Pers terkait Kondisi Fundamental Ekonomi Terkini dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.
Ini adalah kali pertama pemerintah menggandeng tim pemenang pemilihan presiden (pilpres) Prabowo Subianto menggelar konferensi pers secara bersamaan.
Konferensi pers ini sangat penting karena bisa menjadi panduan bagi investor, pelaku usaha hingga masyarakat untuk melihat seperti APBN 2025 yang dirancang untuk Prabowo- Gibran Rakabuming Raka.
Investor, pelaku usaha, hingga masyarakat diharapkan bisa mendapatkan gambaran jelas mengenai program, rencana belanja, hingga bagaimana Prabowo-Gibran akan mengumpulkan pendapatan untuk belanja 2025.
Sebagai catatan, dalam rancangan awal APBN 2025, atau APBN saat mulai beroperasinya pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto, defisit dipatok antara 2,45-2,82% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan rasio utang atau debt to GDP ratio dirancang pada kisaran 37,98% hingga 38,71%.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara menyebutkan rasio utang terhadap PDB dipatok maksimal 60% dan defisit APBN dibatasi 3% dari PDB.
Teknikal Rupiah
Pergerakan rupiah terhadap dolar AS secara teknikal dalam basis waktu per jam masih kokoh dalam tren pelemahan, bahkan posisinya masih berada di atas seluruh garis Moving Average/MA, yakni MA20, MA50, MA100, dan MA200.
Posisi terdekat MA20 menjadi support terdekatnya di Rp16.435/US$, jika ini bisa ditembus ke bawah, maka peluang penguatan bisa terjadi. Sayangnya, jika posisi ini masih sulit digapai, maka potensi pelemahan lanjutan masih bisa menuju level psikologis Rp16.500/US$ yang sekaligus menjadi resistance terdekat.
![]() Pergerakan rupiah melawan dolar AS |
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gejolak Reda Revisi UU Pilkada Batal, Dolar Malah Menguat ke Rp 15.625
