
Rupiah Terburuk Sejak Pandemik Covid-19, Dolar Ditutup Rp16.445

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah berbagai sentimen baik dari dalam dan luar negeri yang menekannya.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,12% di angka Rp16.445/US$ pada hari ini, Jumat (21/6/2024). Bahkan di tengah perdagangan hari ini, rupiah sempat menyentuh titik terlemahnya yakni di level Rp16.475/US$.
Secara mingguan, rupiah kembali mengalami depresiasi sebesar 0,3%.
Sementara DXY pada pukul 14:50 WIB naik ke angka 105,82 atau sebesar 0,22. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan penutupan kemarin yang berada di angka 105,59.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menegaskan, permasalahan faktor fundamental yang menekan rupiah yakni bahan-bahan pokok kebutuhan masyarakat Indonesia yang masih harus dipenuhi dengan impor. Hal ini membuat kebutuhan dolar pun tentu masih sangat tinggi untuk membeli produk asing tersebut.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kegiatan impor beras ke Indonesia masih tinggi hingga Mei 2024. Menurut data BPS, pada periode Januari-Mei 2024 impor beras ke Indonesia meningkat 165,27% dari posisi data pada Januari-Mei 2023 sebanyak 854 ribu ton, menjadi 2,2 juta ton pada periode Januari-Mei 2024.
"Ketergantungan impor pangan ini akan terus meningkat ke depannya, sejalan juga dengan produksi pangan dalam negeri yang bisa dibilang stagnan, luasan lahan panen yang cenderung turun, ada anolami cuaca yang juga tidak dipersiapkan dengan baik di dalam negeri mengganggu produksi pangan," ucap Bhima.
Jika hal ini terus terjadi, maka tekanan terhadap rupiah tak akan dapat terbendung.
Di lain sisi, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan pelemahan rupiah ini disebabkan oleh suku bunga acuan di Amerika Serikat (AS). Adapun, fundamental ekonomi Indonesia cukup kuat. Buktinya, kata Airlangga, pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif tinggi di level 5,11%, kemudian inflasi rendah di 2,8%.
Kendati demikian, faktor sentimental regional tetap harus dijaga. Selain itu, investasi Indonesia harus terus digenjot ke depannya.
"Kemudian DHE kita dorong dan kita minta kepada para pengusaha yang ekspornya masih punya devisa di luar negeri untuk dimasukkan ke dalam negeri," katanya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Anjlok buat Money Changer Antre, Segini Harga Jualnya