Jelang Pengumuman BI Rate, IHSG Dibuka Menguat

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Kamis, 20/06/2024 09:22 WIB
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka cenderung menguat pada perdagangan sesi I Kamis (20/6/2024), jelang keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI) pada hari ini.

Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka menguat 0,29% ke posisi 6.746,74. Selang 17 menit setelah dibuka, penguatan IHSG sedikit terpangkas yakni terapresiasi 0,24% ke 6.743,39.


Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 981 miliar dengan volume transaksi mencapai 3,5 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 94.382 kali.

IHSG cenderung bergairah menjelang pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BIpada 19-20 Juni 2024. KonsensusCNBC Indonesiayang dihimpun dari 11 lembaga/institusi dengan sepakat memperkirakan BI akan tetap di level 6,25% atau tidak mengalami kenaikan maupun penurunan pada pertemuan Juni ini.

Sebelumnya, pada RDG BI periode April 2024, BI menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp). Kemudian dilanjutkan dengan menahan suku bunganya pada Mei 2024 mengingat kondisi rupiah cenderung relatif stabil.

Gubernur BI, Perry Warjiyo menjelaskan, kebijakan BI Rate itu ditahan mempertimbangkan kebijakan moneter yang yang antisipatif untuk menahan laju inflasi tetap di kisaran sasaran 2,5% plus minus 1% hingga akhir tahun ini sampai 2025.

"Keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter pro-stability, yaitu sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran," kata Perry saat konferensi pers di kantor pusat BI, Jakarta, Rabu (22/5/2024).

"Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh kuat ditopang oleh perbaikan permintaan domestik, termasuk fiskal akomodatif, dan kenaikan ekspor. Inflasi AS pada April 2024 tetap tinggi sejalan dengan pertumbuhan ekonomi AS yang kuat tersebut, meski melambat dibandingkan dengan inflasi Maret 2024," tambah Perry.

Selanjutnya, dalam Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Selasa (4/6/2024), Perry menuturkan alasankondisi inflasi global yang masih tinggi dan lambat penurunannya menyebabkan dolar AS cenderung perkasa.

"Ini juga karena harga komoditas global, ketiga ini juga menunjukkan bahwa The Fed akan turunkan suku bunga akhir tahun ini," kata Perry.

"Ini membuat ketidakpastian kenapa indeks dolar AS masih sangat kuat," tambahnya.

Perry mengungkapkan, perkembangan inflasi ini meningkatkan kemungkinan penurunan Fed Funds Rate (FFR) pada akhir 2024. Pada saat bersamaan, risiko memburuknya ketegangan geopolitik sejak akhir April 2024 juga tidak berlanjut.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Saat Israel Vs Iran "Memanas", Saham Sektor Ini Malah Menguat!