
BI Rate Bakal Diumumkan, Dolar AS Kini Rp 16.385

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat sesaat setelah pasar dibuka jelang pengumuman Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia.
Menurut data Refinitiv rupiah terhadap dolar AS pada Kamis (20/6/2024) pukul 09.03 WIB tercatat Rp16.385 per dolar AS, melemah 0,15% dibandingkan penutupan kemarin.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI berlangsung pada 19-20 Juni 2024. Konsensus CNBC Indonesia yang dihimpun dari 11 lembaga/institusi dengan sepakat memperkirakan BI akan tetap di level 6,25% atau tidak mengalami kenaikan maupun penurunan pada pertemuan Juni ini.
Sebelumnya, pada RDG BI periode April 2024, BI menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps). Kemudian dilanjutkan dengan menahan suku bunganya pada Mei 2024 mengingat kondisi rupiah cenderung relatif stabil.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menjelaskan, kebijakan BI Rate itu ditahan mempertimbangkan kebijakan moneter yang yang antisipatif untuk menahan laju inflasi tetap di kisaran sasaran 2,5% plus minus 1% hingga akhir tahun ini sampai 2025.
"Keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter pro-stability, yaitu sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran," kata Perry saat konferensi pers di kantor pusat BI, Jakarta, Rabu (22/5/2024).
"Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh kuat ditopang oleh perbaikan permintaan domestik, termasuk fiskal akomodatif, dan kenaikan ekspor. Inflasi AS pada April 2024 tetap tinggi sejalan dengan pertumbuhan ekonomi AS yang kuat tersebut, meski melambat dibandingkan dengan inflasi Maret 2024," tambah Perry.
Selanjutnya, dalam Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Selasa (4/6/2024), Perry menuturkan alasan kondisi inflasi global yang masih tinggi dan lambat penurunannya menyebabkan dolar AS cenderung perkasa.
"Ini juga karena harga komoditas global, ketiga ini juga menunjukkan bahwa The Fed akan turunkan suku bunga akhir tahun ini," kata Perry.
"Ini membuat ketidakpastian kenapa indeks dolar AS masih sangat kuat," tambahnya.
Perry mengungkapkan, perkembangan inflasi ini meningkatkan kemungkinan penurunan Fed Funds Rate (FFR) pada akhir 2024. Pada saat bersamaan, risiko memburuknya ketegangan geopolitik sejak akhir April 2024 juga tidak berlanjut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang RDG BI Rupiah Dibuka Menguat Tipis ke Rp 16.370/US$