
Ada Kiamat ATM, BRI Justru Mau Tambah Layanan Fisik

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena 'kiamat ATM' secara perlahan mulai terjadi di Indonesia. Dalam laporan Surveillance Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), disebutkan jaringan kantor bank umum konvensional (BUK) di seluruh Indonesia tersisa 115.539 per triwulan IV-2023 atau berkurang 4.676 unit.
Jaringan kantor terbanyak masih didominasi oleh terminal perbankan elektronik (ATM/CDM/CRM) sebanyak 91.412 unit. Jumlah itu menyusut 1.417 unit dari setahun sebelumnya 92.829 unit dari tiga bulan sebelumnya. Hal ini terjadi seiring dengan menguatnya tren transformasi digital.
Namun begitu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menyatakan justru akan memperluas layanan fisiknya. VP of Transaction Banking BRI Rudy Automo mengatakan bahwa pihaknya tidak akan menutup kantor cabang.
"Kantor cabang BRI tutup saya rasa sih tidak ya. Kita malah tetap akan memperluas jangkauan physical kita juga. In fact, selain kantor cabang kita juga punya pemberdayaan lewat unitnya BRI Link tadi," ujarnya di Kota Kasablanka, belum lama ini dikutip Rabu (19/6/2024).
"Jadi sebenarnya menurut saya sih jaringannya akan makin besar aja sih."
Rudy mengatakan bahwa BRI menargetkan transaksi di tahun politik akan mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Sebab, masa pemilu meningkatkan aktivitas masyarat di berbagai sektor, seperti percetakan, konsumsi, dan lain-lain. Di samping itu, transaksi di tahun 2024 juga akan tinggi karena banyaknya 'kebutuhan terpendam' masyarakat pada saat masa pandemi.
"Dulu orang mau jalan-jalan nggak bisa, orang yang mau makan-makan di luar nggak bisa. 2023 kita melihat sudah ada kenaikan. Saya mengharapkan di tahun ini sebenarnya kenaikannya juga cukup tinggi. Apalagi dari masa pemilu itu mungkin orang nobar, kumpul-kumpul bareng," pungkas Rudy.
Sementara itu, Rudy mengungkapkan juga bahwa jumlah transaksi digital di BRI tahun 2023 bisa bertumbuh hingga 20% sampai 30%. Hal ini tidak terlepas dari demand transaksi digital yang semakin tinggi, dan juga kolaborasi BRI dengan berbagai perusahaan financial technology (fintech).
Ketika ditanya terkait penggunaannya, kebanyakan transaksi tersebut untuk konsumsi. Rudy mengatakan bahwa transaksi untuk konsumsi tinggi karena adanya keinginan terpendam dari masyarakat selama masa pandemi.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pengguna Digital Makin Tinggi, Jumlah ATM BRI Berkurang 50%