
IHSG Akhirnya Bergairah Lagi, 5 Saham Ini Jadi Penopangnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau bergairah pada perdagangan sesi I Rabu (19/6/2024), setelah sempat bergerak cukup volatil di awal sesi I hari ini.
Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG menguat 0,31% ke posisi 6.755,8. Meski berhasil menguat, tetapi IHSG masih bertahan di level psikologis 6.700.
Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 5,3 triliun dengan volume transaksi mencapai 15 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 589.853 kali.
Secara sektoral, sektor infrastruktur menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I hari ini yakni mencapai 1,14%.
Selain itu, beberapa saham menjadi penopang IHSG pada sesi I hari ini. Berikut daftarnya.
Saham energi baru dan terbarukan (EBT) milik konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penopang IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 25,6 indeks poin.
IHSG berbalik cerah setelah sempat bergerak cukup volatil di awal sesi I hari ini. Penguatan IHSG juga terjadi setelah libur panjang Idul Adha 1445 H sehingga pada pekan ini perdagangan pasar saham RI hanya berlangsung selama tiga hari.
Di lain sisi, bergairahnya IHSG terjadi di tengah surplusnya kembali neraca perdagangan Indonesia. Pada Mei lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus untuk ke-48 bulan beruntun.
Surplus RI kali ini mencapai US$2,93 miliar dan berasal dari selisih ekspor US$ 22,33 miliar dan impor US$ 19,40 miliar.
M. Habibullah, Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, mengatakan surplus Mei ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu
"Surplus Mei 2024 lebih ditopang oleh surplus komoditas nonmigas yaitu US$ 4,26 miliar, komoditas penyumbang utama bahan bakar mineral (batu bara), lemak dan minyak hewan, besi baja," papar Habibullah.
Adapun, surplus neraca perdagangan nonmigas lebih rendah dibandingkan bulan lalu, namun lebih tinggi dari Mei 2023. Lalu, BPS melaporkan neraca perdagangan migas mengalami defisit sebesar US$ 1,33 miliar yang dipicu oleh komoditas hasil minyak dan minyak mentah. Namun, defisit ini lebih rendah dari bulan April 2024, sebesar US4 1,63 miliar.
BPS juga mencatat tiga negara penyumbang surplus terbesar RI, yaitu India US$ 1,5 miliar, AS US$ 1,20 miliar, dan Jepang US$ 742,2 juta.
Setelah dirilisnya data neraca perdagangan RI yang kembali mencatatkan surplus, pelaku pasar di dalam negeri masih akan memantau keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI) terkait kebijakan suku bunga acuan.
Pada hari ini dan Kamis besok, BI akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Juni 2024 dan hasilnya akan diumumkan pada Kamis mendatang. Hasil RDG juga akan memuat keputusan terbaru dari suku bunga acuan.
Diperkirakan, suku bunga acuan BI (BI Rate) akan kembali ditahan di level 6,25%, meski rupiah beberapa hari belakangan juga terpantau merana.
Sebelumnya pada pertemuan edisi Mei 2024, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25%. BI juga mempertahankan suku bunga deposit facility sebesar 5,5% dan suku bunga lending facility sebesar 7%.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan keputusan mempertahankan BI rate sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stabilitas untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Euforia IHSG Kembali ke 7.300-an