
Kredit Macet Naik, Multifinance Susah Cari Debitur Berkualitas

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan bahwa saat ini industri keuangan secara keseluruhan tengah menghadapi tekanan dari kenaikan rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL).
Alhasil banyak calon debitur multifinance yang tercatat memiliki skor kredit buruk. "Banyak masyarakat yang sudah di dalam pengecekan SLIK-nya itu memang bermasalah," katanya kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (14/6/2024).
Dalam catatan OJK, piutang pembiayaan multifinance per April 2024 naik 10,82% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 486,35 triliun.
Bila dibandingkan dengan April 2023, pertumbuhan pada bulan keempat tahun ini lebih rendah. Pada periode yang sama tahun lalu, piutang pembiayaan tumbuh 15,13% yoy menjadi Rp 435,85 triliun.
Pun bila dibandingkan dengan Desember 2023, pertumbuhan piutang juga lebih rendah. Pada akhir tahun lalu piutang pembiayaan naik 13,23% yoy dan Desember 2022 naik 14,18% yoy.
Adapun berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), sepanjang Januari-Mei penjualan mobil baru merosot 14,4% yoy menjadi 361.698 unit. Pada periode yang sama, mengutip data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia penjualan motor baru turun 1,78% yoy menjadi 2.659.896 unit.
Sementara itu, rasio pembiayaan bermasalah atau noperforming financing (NPF) gross sebesar 2,82%, naik 35 basis poin (bps) secara tahunan. Apabila dibandingkan dengan posisi Desember 2023, rasio NPF naik 38 bps.
Begitu pula dengan NPF net per April 2024 yang naik 20 bps menjadi 0,89% dan naik 25 bps dibandingkan dengan Desember 2023.
Terkait kenaikan NPF, Suwandi menilai hal itu terjadi karena daya beli masyarakat tertekan harga kebutuhan pokok yang melonjak sejak akhir 2023.
"Nah, dengan demikian, ya suka atau tidak suka, pasti ada sekelompok atau sejumlah orang yang akhirnya harus pembayaran cicilannya tertunda," katanya.
Terpisah, Kepala Departemen Pengaturan dan Pengembangan Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro OJK Ahmad Nasrullah mengatakan bahwa biaya hidup masyarakat Indonesia yang semakin mahal menjadi satu alasan NPF membengkak.
"Saat ini kemampuan debitur berkurang karena peningkatan biaya hidup. Jadi untuk bayar cicilan mereka tidak kuat," ungkap Ahmad dalam FGD OJK bersama Redaktur Media Massa, dikutip Kamis (13/6/2024).
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article OJK Ingatkan Multifinance, Ada Tren Nunggak Kredit Setelah Lebaran
