IHSG Belum Ada Tanda Rebound, Sentuh Level Terendah 6 Bulan Terakhir

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Rabu, 12/06/2024 14:48 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali merana pada perdagangan sesi II Rabu (12/6/2024), di mana indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut sempat menyentuh level terendah sejak November 2023.

Per pukul 14:13 WIB, IHSG melemah 0,27% ke posisi 6.837,09. IHSG pun masih cenderung bertahan di level psikologis 6,800.

Nilai transaksi indeks pada sesi II hari ini sudah mencapai sekitar Rp 6,7 triliun dengan melibatkan 13,9 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 640.240 kali.


IHSG pun kembali terkoreksi dan sempat menyentuh level terendahnya sejak November 2023 atau selama enam bulan terakhir, tepatnya sejak 13 November 2023.

Dalam sepekan terakhir, IHSG ambles 1,61%, sedangkan dalam sebulan teerakhir ambruk 3,71%, dan sepanjang tahun ini anjlok 6,02%.

Merananya IHSG di perdagangan sesi II hari ini hingga sempat menyentuh level terendahnya dalam enam bulan terakhir terjadi karena investor mengantisipasi rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) nanti malam.

Data inflasi AS menjadi cukup penting diperhatikan, lantaran bakal menjadi faktor pertimbangan utama keputusan kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed pada pertemuan pekan ini. Inflasi AS akan diumumkan pada Rabu malam waktu Indonesia.

Terkhusus inflasi AS periode Mei 2024, saat ini konsensus memperkirakan stabil di 3,4% secara tahunan(year-on-year/yoy), sementara inflasi inti akan melandai ke 3,5% yoy.

Pelaku pasar patut mewaspadai jika data inflasi keluar meleset dari perkiraan, kemungkinan terburuk akan berujung pada kebijakan ketat The Fed masih akan dipertahankan lebih lama dari perkiraan.

Sebagaimana diketahui, data pasar tenaga kerja yang masih kuat juga mendukung kebijakan ketat bank sentral berlanjut. Data yang dirilis pada Jumat pekan lalu menunjukkan Departemen Ketenagakerjaan AS yang merilis 272.000 pekerjaan tercatat di luar pertanian. Nilai tersebut tidak terduga naik lebih banyak dibandingkan proyeksi pasar yang perkirakan naik ke 185.000 pekerjaan.

Setelah rilis data inflasi, berikut pasar akan menanti keputusan dari hasil rapat FOMC the Fed yang sudah dimulai selama dua hari terakhir.

Perlu diketahui, inflasi AS rilis Rabu malam, yang kemudian dilanjut beberapa jam berikutnya akan rilis keputusan The Fed. Namun, dalam waktu Indonesia pada dini hari, ini terhitung sudah berganti hari ke Kamis dini hari.

Sejauh ini, nada hawkish masih mendominasi pelaku pasar terhadap ekspektasi kebijakan moneter The Fed. Pasar memperkirakan kemungkinan besar suku bunga pada pertemuan pekan ini masih dipertahankan di level 5,25% - 5,50%.

Sementara penurunan suku bunga pertama kali kemungkinan akan terjadi mulai September mendatang. Perhitungan CME Fedwatch Tool, kini menunjukkan probabilitas pemangkasan suku bunga AS di September mencapai 48,3%.

Selain kebijakan suku bunga, hal yang paling ditunggu pelaku pasar adalahpernyataan Chairman The Fed, Jerome Powell dalam konferensi pers. Pernyataan tersebut diharapkan bisa mengindikasikan arah kebijakan The Fed ke depan, terutama mengenai kapan bank sentral Negeri Paman Sam tersebut akan memangkas suku bunga.

Jika pernyataan Powell masihhawkishmaka pasar keuangan global, termasuk Indonesia, bisa semakin tertekan dan demikian sebaliknya. Sebagai catatan, suku bunga di level 5,25-5,5% sudah bertahan dalam setahun terakhir.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Saat Israel Vs Iran "Memanas", Saham Sektor Ini Malah Menguat!