Awas Kering! Dolar AS Lagi Jadi Incaran Warga RI

M Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
12 June 2024 06:34
Ilustrasi Dolar Amerika Serikat (AS) di Valuta Inti Prima (VIP) Money Changer, Menteng, Jakarta, Rabu (11/10/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Ilustrasi Dolar Amerika Serikat (AS) di Valuta Inti Prima (VIP) Money Changer, Menteng, Jakarta, Rabu (11/10/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia-Ekonom menilai sejumlah faktor dalam negeri ikut menyumbang pelemahan Rupiah hingga hampir menembus level Rp 16.300. Musim ibadah haji dan pembayaran utang pemerintah dinilai ikut berkontribusi.

Senior Executive Vice President Treasury & International BCA, Branko Windoe mengatakan pelemahan Rupiah tersebut tidak hanya terjadi karena faktor eksternal, seperti indeks dolar yang menguat. Dia mengatakan pelemahan Rupiah belakangan ini terjadi karena permintaan dollar dalam negeri sedang tinggi.

"Kita di musim permintaan dolar tinggi," kata Branko dikutip, Rabu, (12/6/2024).

Branko mengatakan permintaan dolar yang tinggi itu disebabkan oleh keperluan impor, pembayaran bunga utang pemerintah dari pinjaman luar negeri. Selain itu, kata dia, musim haji juga menyebabkan permintaan dolar dalam negeri meningkat yang ikut berkontribusi pada pelemahan rupiah.

"Bulan ini adalah pembayaran cicilan atau bunga pinjaman luar negeri, ada pula musim jemaah haji, ini memang perlu dolar," katanya.

Branko meyakini setelah musim permintaan dolar tinggi ini berlalu, maka rupiah akan berpotensi menguat. Dia memperkirakan penguatan itu akan terjadi pada akhir bulan Juni atau pada kuartal II 2024.

"Harapan kami lewat dari bulan ini atau akhir Q2 mungkin rupiah akan lebih supported," katanya.

Sebelumnya, Rupiah kembali melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), tertekan indeks dolar (DXY) yang masih naik.Melansir data Refinitiv, pada pembukaan pasar Selasa pagi (11/6/2024) pukul 09.23 WIB, rupiah melemah tipis 0,15% ke posisi Rp16.300/US$. Depresiasi ini melanjutkan koreksi dalam kemarin yang menandai rupiah koreksi dua hari beruntun.

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai penguatan dollar lebih disebabkan pada pelemahan mata uang utama dunia, seperti Euro. Dia bilang pelemahan Euro membuat mata uang asia dan global ikut melemah.

"Belakangan, sebelum data tenaga kerja AS dirilis kita dengar ECB (The European Central Bank) dan bank sentral Kanada memangkas suku bunganya," kata dia.

"Ini memberikan dampak selisih suku bunga antara Eropa dan US semakin besar. Akhirnya mendorong pelemahan Euro," kata dia.

Josua menjelaskan Euro merupakan mata uang yang bobot kontribusinya pada pembentukan indeks dolar amat besar mencapai 57%. Karena itulah pelemahan Euro pada akhirnya ikut berdampak pada pelemahan mata uang Asia.

"Dalam basketnya dxy, Euro itu bobotnya cukup besar, sekitar 57%, sehingga dampaknya langsung terasa," katanya.


(rsa/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Anjlok buat Money Changer Antre, Segini Harga Jualnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular