Semakin Dekat Rilis Inflasi AS, Rupiah Masih Rawan Melemah Hari Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah masih tertekan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Melansir data Refinitiv, sampai akhir perdagangan kemarin, Selasa (11/6/2024) mata uang Garuda melemah 0,06% menjadi Rp16.285/US$. Depresiasi rupiah ini melanjutkan pelemahan yang sudah terjadi sejak Senin.
Perlu dicatat, secara intraday pada perdagangan kemarin dolar sempat menyentuh level paling parah ke Rp16.300/US$.
Tekanan dolar terhadap rupiah tampaknya masih membayangi. CNBC Indonesia memantau sampai Rabu dini hari pukul 02.40 WIB, indeks dolar AS masih menguat 0,05% ke posisi 105,19.
Jika pada penutupan masih menguat bakal menandai tiga hari beruntun, DXY terus menekan rupiah. Kuatnya indeks dolar AS ini bukan tanpa sebab lantaran memang terpengaruh dari kehati-hatian pasar terhadap rilis inflasi negeri Paman Sam nanti malam, yang kemudian dilanjutkan pengumuman hasil rapat the Fed.
Sejauh ini, nada hawkish masih mendominasi pelaku pasar terhadap ekspektasi kebijakan moneter the Fed. Pasar memperkirakan kemungkinan besar suku bunga pada pertemuan pekan ini masih dipertahankan di level 5,25%-5,50%.
Sementara penurunan suku bunga pertama kali kemungkinan akan terjadi mulai September mendatang. Perhitungan CME Fedwatch Tool, kini menunjukkan probabilitas pemangkasan suku bunga AS di September mencapai 48,3%.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa nilai tukar rupiah di kisaran 16.200-16.300 per dolar AS masih berada dalam posisi yang baik, serta menyebut bahwa semua negara mengalami tekanan nilai tukar mata uang terhadap dolar AS.
Teknikal Rupiah
Tren pergerakan rupiah dalam menghadapi dolar AS sejauh ini masih dalam tren pelemahan. Jika ini berlanjut level psikologis Rp16.300/US$ sebagai resistance terdekat yang juga bertepatan dengan high candle intraday kemarin (11/6/2024) bisa kembali di tembus di atas.
Di sisi lain, untuk support terdekat jika ada pembalikan arah menguat bisa dicermati posisi Rp16.260/US$ yang bertepatan dengan garis rata-rata selama 50 jam atau Moving Average/MA 50.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)