
BSI Mau Jadi Lokomotif Ekosistem Industri Halal

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) menilai industri halal di Tanah Air belum berjalan optimal. Pasalnya banyak potensi yang masih bisa digali.
BSI pun hendak menjadi lokomotif untuk mendorong potensi ekonomi syariah di negara ini. Dalam hal itu, bank hasil merger tiga anak usaha BUMN ini akan berperan sebagai sumber pembiayaan bagi dunia usaha.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan bahwa Indonesia memiliki populasi lebih dari 260 juta orang dan sebanyak 87% di antaranya merupakan muslim. Angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia.
Akan tetapi berdasarkan Global Islamic Economic Indicator 2023, Indonesia masih kalah dibandingkan dengan Arab Saudi dan juga negara tetangga, yakni Malaysia. "Apa yang kita ingin perankan, BSI ini agar jadi lokomotif dari potensi-potensi yang ada di Indonesia," katanya dalam Money Talks CNBC Indonesia TV, Selasa (11/6/2024).
Hery mengatakan kapabilitas Indonesia jangan sampai berhenti hanya sebagai pengguna produk industri halal, tetapi juga produsen. "Misal ekspor daging atau unggas halal itu kebanyakan bukan dari negara kita," katanya.
Dia menjabarkan bahwa rantai pasok ekosistem halal di Indonesia saat ini padahal sangat besar dalam sejumlah sektor, seperti makanan dan minuman, fesyen, kosmetik, hingga travel.
BSI pun hendak hadir untuk membantu dari sisi pembiayaan agar calon nasabah dan juga nasabah yang ingin ekspansi bisnis, bukan hanya di Indonesia tetapi juga dalam skala global.
Adapun BSI membukukan laba bersih Rp 1,71 triliun pada kuartal I/2024, naik 17,07% secara tahunan (yoy). Mengutip laporan publikasi, Selasa (30/4/2024), pendapatan setelah distribusi bagi hasil tumbuh 2,01% yoy menjadi Rp 4,38 triliun. Kemudian pendapatan dari penyaluran dana tumbuh 12,26% yoy mencapai Rp6,31 triliun.
Selain itu, anak usaha dari Bank Mandiri ini tercatat menurunkan nilai CKPN yang disisihkan menjadi Rp 541,31 miliar, turun 27,84% yoy.
Dari sisi fungsi intermediasi, pembiayaan BSI naik 15,92% yoy menjadi Rp 246,54 triliun. Alhasil, aset terkerek naik 14,25% yoy menjadi Rp 357,9 triliun dari sebelumnya Rp 313,25 triliun.
Dari sisi rasio kinerja, BSI tercatat mengalami sedikit penurunan kualitas aset. Hal itu tercermin dari rasio nonperforming financing (NPF) net yang naik dari 0,54% menjadi 0,55%.
Sementara itu, net imbalan (NI) BRIS menurun atau jadi 5,38% dari sebelumnya 6,04%. Akan tetapi pada periode tiga bulan pertama 2024, BSI mengimbangi penurunan NI dengan rasio BOPO yang ditekan 71 basis poin menjadi 68,94%.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bakal Muncul 2-3 Bank Syariah Baru, BSI Sambut Baik Ada 'Lawan'