Market Commentary

IHSG Balik Loyo di Akhir Sesi I, Lagi-Lagi BREN Jadi Biang Keladi

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Jumat, 07/06/2024 11:52 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau berbalik ke zona merah pada perdagangan sesi I Jumat (7/6/2024), setelah sempat dibuka di zona hijau pada awal sesi I hari ini.

Hingga pukul 11:30 WIB, IHSG terkoreksi 0,57% ke posisi 6.935,26. IHSG masih cenderung bertahan di level psikologis 6.900.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 3,6 triliun dengan melibatkan 7,4 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 430.487 kali. Sebanyak 249 saham menguat, 274 saham melemah, dan 230 saham stagnan.


Secara sektoral, sektor infrastruktur menjadi pemberat terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 1,05%.

Selain itu, beberapa saham juga terpantau menjadi penekan (laggard) IHSG pada sesi I hari ini. Berikut daftarnya.

Lagi-lagi, saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penekan terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 25,2 indeks poin.

Bahkan, saham BREN kembali menyentuh auto reject bawah (ARB) pada sesi I hari ini, di mana sudah enam hari saham BREN menyentuh ARB sejak suspensinya kembali dibuka pada Rabu pekan lalu.

Perdagangan saham BREN masih mempergunakan sistem full call auction (FCA), sehingga pergerakannya masih cenderung sulit untuk diprediksi, meski ada Indicative Equilibrium Price (IEP) sebagai acuan pergerakannya pada hari ini.

IHSG cenderung merana meski sentimen pasar global pada hari ini cenderung positif. Membaiknya sentimen pasar global terjadi setelah bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya, menjadi yang pertama bank sentral Negara Barat yang telah menurunkan suku bunga acuannya.

ECB kemarin menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin untuk pertama kalinya sejak 2019 dari level tertingginya sebesar 4,5%.

Suku bunga utama diturunkan menjadi 4,25%, suku bunga fasilitas simpanan menjadi 3,75%, dan suku bunga pinjaman marjinal menjadi 4,5%. Namun, tekanan harga dalam negeri masih tetap tinggi, yang menunjukkan masih adanya tantangan inflasi.

Inflasi di 20 negara yang menggunakan mata uang euro telah turun dari lebih dari 10% pada akhir 2022 menjadi sedikit di atas target ECB sebesar 2% dalam beberapa bulan terakhir, sebagian besar disebabkan oleh rendahnya biaya bahan bakar dan normalisasi pasokan setelah beberapa kendala paska pandemi.

Namun kemajuan tersebut terhenti baru-baru ini dan apa yang tampak seperti dimulainya siklus pelonggaran ECB beberapa minggu yang lalu kini tampak lebih tidak pasti karena tanda-tanda bahwa inflasi zona euro mungkin akan stagnan atau stagflasi, seperti yang terjadi di Amerika Serikat (AS)

Para pelaku pasar juga mengharapkan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengikuti jejak dari ECB yang memangkas suku bunganya pada tahun ini.

Mengutip perangkat FedWatch, probabilitas The Fed mempertahankan suku bunga pada pertemuan bulan ini sebesar 99,9%.

Para pelaku pasar melihat kemungkinan penurunan suku bunga tahun ini terjadi dua kali, yakni pada pertemuan September dan Desember.

Harapan ini didukung oleh sejumlah data tenaga kerja dan performa manufaktur Amerika Serikat yang terlihat lesu.

Terbaru, jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat minggu lalu dan biaya unit tenaga kerja naik lebih kecil dari perkiraan sebelumnya pada kuartal pertama, menunjukkan pasar tenaga kerja sedang mendingin tetapi tidak cukup untuk menghilangkan keraguan Federal Reserve terhadap kebijakan tersebut. mulai memotong suku bunga.

Klaim awal tunjangan pengangguran negara bagian naik 8.000 menjadi 229.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 1 Juni, Departemen Tenaga Kerja mengatakan pada hari Kamis. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan 220.000 klaim pada minggu terakhir.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat