
Pasar Tunggu Data Tenaga Kerja AS, Rupiah Masih Butuh Vitamin

Jakarta, CNBC Indonesia - Malam ini akan ada rilis data penting terkait tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang akan sangat mempengaruhi kebijakan bank sentral AS atau the Fed.
Rupiah potensi bergerak volatile lantaran pelaku pasar mengalihkan fokus menanti data tenaga kerja AS, meliputi data pekerjaan selain pertanian atau Non Farm Payroll (NFP) dan tingkat pengangguran.
Melansir data Refinitiv, rupiah sendiri pada akhir perdagangan kemarin, Kamis (6/6/2024) bertengger di posisi Rp16.255/US$, menguat 0,15% dalam sehari. Apresiasi rupiah ini berbanding terbalik dengan pelemahan yang telah terjadi sehari sebelumnya (5/6/2024) sebesar 0,4%.
Menguatnya rupiah kemarin cukup mengejutkan setelah sebelumnya terpantau mengalami pelemahan beruntun.
Menanggapi situasi ketika rupiah sempat hampir menyentuh level Rp16.300/US$, BI siap melakukan intervensi.
"Terkait NTR kami terus berupaya di tengah gejolak global kami terus menjaga nilai tukar melakukan intervensi di pasar valas," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam rapat kerja dengan Komisi XI, di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Rabu (5/6/2024).
Lebih lanjut, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) BI Edi Susianto mengungkapkan bahwa BI tentunya selalu mengawal dengan masuk pasar untuk memastikan keseimbangan supply demand pasar valas di market, dan rupiah ditutup lebih rendah dari posisi opening hari ini.
Meski begitu, pada hari ini ada sejumlah data dari AS yang mungkin bisa membuat pasar wait and see, yakni terkait data pasar tenaga kerja yang meliputi Non Farm Payroll (NFP) dan tingkat pengangguran untuk periode Mei 2024.
Pasar memperkirakan NFP akan naik ke 185.000 pekerjaan dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 175.000. Sementara tingkat pengangguran proyeksi masih bertahan di 3,9%.
Data tenaga kerja lain juga semalam ada rilis, terkait dengan klaim pengangguran mingguan yang berakhir pada 1 Juni 2024. Hasilnya naik 229.000, lebih baik dari perkiraan pasar proyeksi sebaliknya atau turun ke 220.000 dari pekan sebelumnya di 221.000 klaim.
Peningkatan angka klaim pengangguran memang konotasinya negatif bagi pasar tenaga kerja. Namun, kabar ini bisa menjadi angin segar bagi kebijakan the Fed karena potensi bisa menahan laju inflasi yang masih panas.
Meski demikian, pasar masih menanti data tenaga kerja lainnya agar semakin yakin mengenai gambaran besar kondisi ekonomi AS saat ini dan prospeknya pada kebijakan moneter the Fed.
Teknikal Rupiah
Melihat pergerakan teknikal dalam basis waktu per jam, rupiah masih bergerak dalam tren pelemahan, meskipun kemarin ada penguatan. Jika pelemahan masih berlanjut, maka rupiah potensi bergerak ke resistance terdekat di Rp16.290/US$ yang merupakan high candle intraday dari 5 Juni 2024.
Meski demikian, saat ini rupiah sedang menguji support dari garis rata-rata selama 20 jam atau Moving Average (MA20). Jika ini tertembus ke bawah, atau menguat lagi, maka posisi terdekat yang potensi diuji sebagai support lanjutan ada di Rp16.210/US$ yang bertepatan dengan MA100-nya.
![]() Pergerakan rupiah melawan dolar AS |
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Breaking! Rupiah Ambruk 1%, Dolar Tembus Rp16.260