
Cerita Tukang Cuci Piring Punya Harta Rp 1.700 Triliun

Jakarta, CNBC Indonesia - Hanya dalam lima tahun, harta kekayaan CEO Nvidia Jensen Huang naik lebih dari 30 kali lipat. Sosok yang sebelumnya pernah menjadi tukang cuci piring di gerai fast food Denny's Diner ini kini memiliki harta kekayaan US$ 107,2 miliar atau setara Rp 1.715 triliun (asumsi kurs Rp 16.000/US$).
Kenaikan hartanya dipicu oleh reli saham Nvidia yang dari hari ke hari terus menorehkan rekor, dengan ekspektasi kinerja cemerlang masih terus dapat dipertahankan di di tahun-tahun selanjutnya. Pada kuartal pertama 2024 (Q1-2024), pendapatan Nvidia melampaui perkiraan analis dengan lonjakan lebih dari 200%. Moncernya bisnis Nvidia gara-gara permintaan untuk prosesor kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).
Huang memiliki sekitar 86,76 juta saham Nvidia, atau lebih dari 3,5% saham beredar perusahaan.
Pekerjaan Pertama Sebagai Tukang Cuci Piring
Sosok yang disebut-sebut sebagai 'raja AI' dunia ini memiliki nama asli Huang Jen-Hsun diketahui lahir di Taipei pada 17 Februari 1963 dan menghabiskan masa kecilnya di Taiwan dan Thailand.
Namun karena perang Vietnam yang terus berkecamuk dan membuat kawasan Asia Tenggara saat itu jadi tidak aman (termasuk Thailand), orang tua Jensen memutuskan untuk mengirimkan anak-anaknya ke Oneida, Kentucky-Amerika Serikat.
Tidak lama setelah itu ia beserta keluarga pindah lagi ke Oregon, AS dan cukup lama tinggal di sana. Jensen menghabiskan masa SMP hingga Kuliah di negara bagian itu.
Sejak muda, Jensen memang dikenal sebagai seorang pekerja keras. Bahkan saat di bangku SMA, Jensen juga diketahui sempat bekerja di salah satu jaringan restoran cepat saji Denny's sebagai tukang cuci piring.
Huang kemudian memperoleh gelar teknik elektro dari Oregon State University dan diikuti gelar master di bidang yang sama dari Stanford University pada tahun 1992.
Sejatinya, Huang tidak hanya mendapatkan pekerjaan pertamanya di Denny's, tetapi restoran tersebut juga merupakan tempat di mana dia dan dua temannya menciptakan ide yang kelak menjadi Nvidia.
Pada tahun 1993, Huang, bersama dengan Chris Malachowsky dan Curtis Priem (keduanya bekerja di Sun Microsystems), bertemu di salah satu lokasi Denny's paling populer di California Utara untuk mendiskusikan rekayasa chip yang memungkinkan grafik 3D realistis pada perangkat komputer pribadi.
Sukses berkat ibu
Huang lahir di Taiwan pada 1963. Namun, akibat situasi tahun 1970-an di Asia Tenggara tidak kondusif, dia saat usia 9 tahun diajak keluarga pindah ke Amerika Serikat.
Ketika di AS, Huang masih minim pengetahuan bahasa Inggris. Beruntung, dia punya seorang ibu yang mau mengajarkan bahasa Inggris dari hari ke hari.
"Ibu mengajari bahasa Inggris untuk mempersiapkan kami (red, Huang dan kakaknya), meski ibu juga gak begitu jago. Setiap hari dia memberi 10 kata dalam bahasa Inggris, untuk dipelajari arti dan pelafalannya," kata Huang ke CNBC International, dikutip Kamis (6/6/2024).
Berkat cara ini, Huang pun bisa lancar berkomunikasi, sekalipun tak membuat dirinya bebas dari perundungan teman. Kepada New Yorker, Huang bilang saat itu memang dia target bully karena berasal dari Asia, keturunan China, dan belum fasih berbahasa Inggris.
Meski begitu, dia tetap menjalani hari dan bisa mengembangkan ketertarikannya di dunia teknologi. Selama di AS dia tercatat pernah kuliah di Oregon State University jurusan elektro.
Setelah lulus, dia langsung bekerja di perusahaan Advanced Micro Devices, selama bertahun-tahun. Barulah setelahnya dia mendirikan perusahaan chip Nvidia pada 1993 hingga sukses seperti sekarang.
![]() Presiden dan CEO Nvidia Corporation Jensen Huang menyampaikan pidato saat pameran Computex 2024 di Taipei, Taiwan, Minggu, 2 Juni 2024. (AP Photo/Chiang Ying-ying) |
Di titik kesuksesan ini, Huang mengungkap rasa terima kasih tak terhingga ke orang tua.
"Saya adalah produk dari mimpi dan aspirasi kedua orang tua," kata Huang.
Kesederhanaan
Meski sudah sukses, Huang tetap rendah hati. Dia tak suka memamerkan kekayaan dan berulang kali kepergok makan di kaki lima pinggir jalan.
Pada Desember 2023 lalu, Huang diketahui mengunjungi tempat makan kaki lima di Hanoi, Vietnam. Mengutip Yahoo News, dia datang menggunakan pakaian santai dibalut kaos dan jeans warna hitam. Setibanya di sana, dia lantas menikmati makanan lokal yang bagi sebagian orang dinilai menjijikkan, yakni bekicot dan minuman kopi telur.
Menariknya, kunjungan ke kaki lima terlaksana atas inisiatif Huang sendiri. Dia menolak makan malam di hotel mewah yang sebelumnya sudah dipesan rombongan.
"Dia mengabaikan pesta makan malam mewah di hotel dan restoran kelas atas. Huang memilih makanan kaki lima dengan rasa yang berbeda," kata Hoang Anh Tuan, diplomat yang menemani Jensen saat mengunjungi Vietnam.
Tentu saja, kebiasaan ini menjadi anomali karena mayoritas orang seperti Huang tak lagi seperti itu.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Demam AI Bikin Nvidia Lewati Google, Segini Harta Kekayaan Pendirinya
