Banyak Kabar Baik Tapi Gak Ngaruh, Rupiah Gimana Nasibnya?
Jakarta, DNBC Indonesia - Pergerakan rupiah dalam melawan dolar Amerikat Serikat (AS) tampaknya masih akan volatile meskipun data dari eksternal sudah mulai membaik.
Kemungkinan besar musim dividen yang masih berlanjut di bursa internal membuat aliran dana keluar masih deras, membuat tekanan terhadap rupiah.
Melansir Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,40% di level Rp16.280 per dolar AS pada Rabu (5/6/2024). Pelemahan ini menjadi yang paling terpuruk sejak akhir November 2023.
Menurut Bank Indonesia (BI), rupiah melemah akibat penutupan non-delivery forward rupiah yang melemah tajam di pasar New York.
"Rupiah melemah ditrigger oleh closing NDF IDR di pasar New York yang ditutup melemah cukup tajam sehingga menyebabkan opening pasar spot Rupiah di pasar domestik di pagi hari tadi dibuka dengan melemah yang juga tajam. (Padahal) Hari-hari sebelumnya pergerakan Rupiah relatif stabil terkendali," kata Edi Susianto, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) BI kepada CNBC Indonesia, Rabu (6/5/2024).
Dikutip dari Refinitiv, NDF rupiah overnight sampai 1 tahun mengalami penurunan. Bidding NDF rupiah posisi 3 bulan mencapai Rp 16.310 dan harga jual (ask) mencapai Rp 16.374 per dolar AS.
Kemudian, bidding 1 tahun mencapai Rp 16.455 per dolar AS dan harga jual sebesar Rp 16.533 per dolar AS.
Edi menuturkan faktor yang mendorong NDF melemah tajam antara lain kondisi global yang masih sangat up and down, termasuk kondisi politik di India yang sudah dalam proses Pemilu.
Padahal pasar sedang dibanjiri sentimen positif, yakni optimisme pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed.
Mengutip perangkat FedWatch, probabilitas The Fed mempertahankan suku bunga pada pertemuan bulan ini sebesar 99,9%.
Para pelaku pasar melihat kemungkinan penurunan suku bunga tahun ini terjadi dua kali, yakni pada pertemuan September dan Desember.
Pada pertemuan 18 September 2024, pasar melihat kemungkinan The Fed menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Sehingga target suku bunga menjadi 5,00%-5,25%. Kemudian, The Fed akan sekali lagi menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%-5,00% pada pertemuan 18 Desember 2024.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal dalam basis waktu per jam, rupiah masih kokoh dalam tren pelemahannya. Rupiah rawan menguji pelemahan selanjutnya ke resistance Rp16.285/US$ yang merupakan high candle intraday dari 19 April 2023. Jika level ini tertembus rupiah masih bisa melemah lagi ke atas Rp16.300/US$.
Meski begitu, jika ada pembalikan arah pelaku pasar bisa mencermati support terdekat di Rp16.260/US$ yang didapatkan dari garis rata-rata selama 20 jam atau Moving Average/MA 20.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)