Analisis dan Alasan IHSG Hancur Lebur, Valuasi Lenyap Rp256 T Sehari

Feri Sandria, CNBC Indonesia
Rabu, 05/06/2024 17:01 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Dafar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia -  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambruk lebih dari 2% pada perdagangan Rabu (5/6/2024). Hingga akhir perdagangan, IHSG ditutup ambruk 2,14% ke posisi 6.947,67. IHSG pun terkoreksi kembali hingga menyentuh level psikologis 6.900.

Ambruknya IHSG pada perdagangan hari ini melenyapkan Rp 256 triliun kapitalisasi bursa, yang pada akhir perdagangan ini tercatat mencapai Rp 11.715 triliun.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 12 triliun dengan volume transaksi mencapai 19 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 1 juta kali. Sebanyak 172 saham naik, 421 saham turun, dan 192 sisanya cenderung stagnan.


Tercatat sektor bahan baku menjadi penekan paling besar IHSG di akhir perdagangan hari ini yakni hingga mencapai 6,29%.

Dua saham Prajogo Pangestu menjadi penekan IHSG di akhir perdagangan, dengan saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi yang paling besar yakni mencapai 31,6 indeks poin. Selain BREN, ada saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) yang juga membebani IHSG hingga 29,9 indeks poin.

Tak hanya itu saja, saham pertambangan mineral Grup Salim yakni PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) juga menjadi pemberat IHSG hingga 27,5 indeks poin dan saham perbankan raksasa PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) juga menekan IHSG sebesar 13,7 indeks poin.

Gelembung Saham Prajogo Pecah?

Saham-saham yang semula merupakan penopang utama kinerja IHSG tahun ini datang dari portofolio milik Prajogo Pangestu dan tambang emas-tembaga milik Salim. Melambungnya saham-saham Prajogo memjadi tulang punggung kinerja IHSG dan pada akhirnya membuat dirinya menjadi orang terkaya di Indonesia dan salah satu yang paling tajir di dunia.

Hari ini saham BREN menyentuh level ARB atau turun 10% ke Rp 7.425 per saham, dengan saham TPIA ambles 9,90% ke Rp 8.650 per saham. Sementara itu saham AMMN jatuh 6,46% ke Rp 11.950 per saham.

Saham-saham Prajogo lainnya juga mengalami koreksi signifikan. Saham emiten batu bara Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) tercatat turun 8,21% ke Rp 7.550 per saham dan saham Barito Pacific (BRPT) terjun 8,61% ke Rp 955 per saham.

FCA Bikin Investor Pusing?

Sebelumnya, sejumlah investor mengkritik kebijakan full call auction (FCA) yang diberlakukan BEI untuk mengerek likuiditas transaksi di pasar modal. 

Gelombang protes dari investor mengenai metode FCA di papan pemantauan khusus diikuti dengan kiriman karangan bunga bernada protes dari perwakilan investor ritel mulai hari Kamis, (30/5/2023). 

Sejumlah investor ritel menuding kebijakan tersebut tidak kondusif di pasar dan membahayakan pelaku pasar di bursa domestik. Mereka juga mengharapkan kebijakan tersebut segera dihentikan atau dilakukan revisi agar dampak negatif dan tekanan di pasar modal tidak dirasakan berlarut-larut.

Senada, mantan orang nomor satu Bursa Efek Jakarta (sekarang BEI), mengungkapkan keresahan yang sama.

Hasan Zein Mahmud memberi kritik keras atas kebijakan Full Periodic Call Auction (FCA) yang saat ini dijalankan di papan pemantauan khusus Bursa Efek Indonesia (BEI). Ia menilai, sistem continuous auction bisa lebih transparan daripada FCA.

Ia menilai, melalui FCA, keterbukaan transaksi berganti dengan order rahasia (secret quotations). Ia bahkan menyebut FCA sebagai serial dutch auction.

Hasan pun menilai, saham-saham bernotasi khusus X yang masuk dalam papan pemantauan khusus itu tidak semuanya berkinerja atau berprospek buruk. Melainkan, ada yang harga sahamnya turun karena likuiditas yang tipis.

Dana Asing Kabur dari RI

Dalam beberapa waktu terakhir, asing tercatat ramai-ramai menarik dana dari pasar keuangan domestik, termasuk pasar modal yang berlangsung di BEI. Kemarin dana asing yang keluar tercatat mencapai Rp 45,27 miliar, dengan sebulan terakhir nyaris mencapai Rp 15 triliun. 

Derasnya aliran dana asing keluar berbanding terbaik dengan terbalik dengan fenomena awal tahun, di mana asing berbondong-bondong meninggalkan pasar modal RI yang ditengarai akibat spread imbal hasil yang menyempit pasca kenaikan suku bunga global serta berakhirnya musim pembagian dividen.

Hingga Maret tahun ini, tercatat asing net buy puluhan triliun di pasar modal, namun kemudian rajin melego saham RI mulai bulan April hingga saat ini asing mencatatkan net sell Rp 13,58 triliun di pasar reguler.

Saham Blue Chip Perbankan Masih Loyo

Keluarnya dana asing menjadi penekan utama kinerja buruk saham-saham blue chip, khususnya saham perbankan. Dalam 20 hari perdagangan terakhir, tiga saham bank raksasa RI menjadi yang paling banyak dilego asing yang secara berurutan: Bank Rakyat Indonesia (BBRI) net sell Rp 8,5 triliun; Bank Mandiri (BMRI) net sell Rp 3,6 triliun; Bank Central Asia (BBCA) Rp 2,4 triliun.

BBRI sendiri menjadi beban terbesar IHSG tahun ini, saham bank BUMN dengan laba terbesar tersebut hari ini turun 1,12% ke Rp 4.400 per saham dan dalam tiga bulan terakhir telah terkoreksi 28%.

Sementara itu Bank Mandiri (BMRI) hari ini turun 2,44% ke Rp 6.000 per saham dan dalam tiga bulan turkoreksi 16,67%. Lalu ada BBCA yang hari ini naik 1,07% ke Rp 9.450 per saham, namun dalam tiga bulan masih terkoreksi 4,06%.

Saham-saham blue chip raksasa lain yang ikut memberikan tekanan ke kinerja IHSG termasuk Bank Negara Indonesia (BBNI), Astra International (ASII) dan Telkom Indonesia (TLKM).


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat