Pasar Optimis The Fed Segera Pangkas Suku Bunga, Nasib Rupiah Gimana?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
05 June 2024 08:23
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah mulai bergerak menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) karena tekanan terhadao indeks dolar (DXY) mulai mereda setelah keluar data AS yang mendukung pemangkasan suku bunga the Fed.

Melansir data Refinitiv, mata uang rupiah perkasa di hadapan dolar AS. Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat tipis 0,06% di angka Rp16.215/US$ pada  Selasa (4/6/2024).

Rupiah menguat di tengah deflasi sebesar 0,03% month-to-month secara bulanan pada periode Mei akibat turunnya harga pangan. Terutama beras yang mengalami deflasi 0,15% mom.

Secara tahunan tumbuh sebesar 2,84% atau lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia dari 13 institusi memperkirakan inflasi Mei 2024 diperkirakan menembus 2,94% year on year/yoy.

Inflasi yang lebih rendah ini dinilai cukup baik karena hal ini terpantau akan lebih menggerakkan perekonomian di tengah kemampuan konsumsi masyarakat yang belum begitu pulih dengan baik.

Adapun harapan para pelaku pasar angka pengangguran semakin besar atau lowongan pekerjaan tersedia sedikit. Saat pengangguran banyak, tingkat penghasilan warga AS lebih sedikit dan menekan daya beli. Sehingga inflasi bisa turun dan dapat meyakinkan The Fed untuk mulai menurunkan suku bunga,

Mengutip perangkat FedWatch, probabilitas The Fed mempertahankan suku bunga pada pertemuan bulan ini sebesar 99,9%.

Para pelaku pasar melihat kemungkinan penurunan suku bunga tahun ini terjadi dua kali, yakni pada pertemuan September dan Desember.

Pada pertemuan 18 September 2024, pasar melihat kemungkinan The Fed menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Sehingga target suku bunga menjadi 5,00%-5,25%. Kemudian, The Fed akan sekali lagi menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%-5,00% pada pertemuan 18 Desember 2024.

Keyakinan pasar saat ini lebih optimis dibandingkan kemarin. Terutama sebelum data PMI manufaktur dan rilis pembukaan lowongan pekerjaan baru AS.

Aktivitas manufaktur AS melambat untuk bulan kedua berturut-turut pada bulan Mei karena pesanan barang baru turun terbesar dalam hampir dua tahun, tetapi ukuran inflasi input turun kembali dari level tertinggi sejak pertengahan tahun 2022, menurut survei bulanan yang dirilis pada Senin (3/6/2024).

Indeks manajer pembelian manufaktur Institute for Supply Management untuk Mei turun menjadi 48,7 dari 49,2 pada April. Penurunan tersebut merupakan penurunan kedua berturut-turut dan merupakan bulan kedua di bawah level 50 yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi.

Kemudian, tingkat lowongan kerja kembali menurun pada bulan April dan mendorong jumlah lapangan kerja terbuka yang tersedia untuk setiap pengangguran turun menjadi 1,24 juta, yang merupakan level terendah sejak Juni 2021. Kini, angka tersebut sudah kembali normal. seperti pada tahun-tahun sebelum pandemi COVID-19

Teknikal Rupiah 

Secara teknikal, sesuai ekspektasi rupiah menguat ke area garis rata-rata selama 50 jam atau Moving Average/MA 50. Penguatan potensi berlanjut menuju garis rata-rata sleama 100 jam atau MA 100 di posisi Rp16.180/US$. 

Meski begitu, tetap perlu diantisipasi jika ada pembalikan arah melemah ke resistance terdekat di Rp16.280/US$ yang diambil dari horizontal line berdasarkan high candle intraday pada 30 April 2024. 

Pergerakan rupiah melawan dolar ASFoto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH 


(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Tergelincir, Dolar Lanjut Naik ke Rp16.195

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular