
Risiko Suku Bunga Tinggi Mengintai, Ini Kata Bos BRI

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren kebijakan suku bunga tinggi menjadi isu tersendiri di kalangan pelaku pasar. Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) Sunarso mengatakan, hal itu dapat berdampak terhadap pertumbuhan likuiditas.
"Dampak itu harus kita pikul rame-rame di pasar. Itu saja sebenarnya. Yang paling penting bagaimana cara meresponsnya. Karena ini kan pilihan," ungkapnya dalam acara CNBC Indonesia, Selasa (4/6).
Sunarso menyebut, upaya pemangku kebijakan tentunya memiliki peluang dan risiko tersendiri.
"Mau memilih inflasi rendah, mengorbankan pertumbuhan, atau memilih pertumbuhan tinggi tapi mungkin menimbulkan inflasi atau inflasinya tidak manageable," sebutnya.
Meskipun demikian, Ia menilai bahwa langkah Bank Indonesia dalam menaikkan suku bunga acuan merupakan hal yang logis.
"Menurut saya sekali lagi saya tegaskan bahwa ini adalah keputusan yang logis. Untuk merespon tantangan bagaimana Bank Sentral harus mampu mengendalikan inflasi dan kemudian juga memanage nilai tukar," tuturnya.
Sunarso mengungkapkan, yang terpenting adalah inflasi terkendali tanpa mengorbankan pertumbuhan. Karena ada angkatan kerja baru yang menunggu pertumbuhan ekonomi yang bergairah.
Sunarso menambahkan, salah satu dampak utama kenaikan suku bunga yang terjadi di sektor perbankan adalah perebutan likuiditas di pasar. Sehingga, menurutnya perbankan harus optimal dalam menggunakan likuiditas untuk tetap bisa tumbuh.
"Maka kemudian itu yang saya katakan just right likuiditas itu menjadi pendekatan kita. Menjadi penting bagi kita. Jadi berapapun likuiditas yang kita terima dengan biaya yang pasti naik maka kita harus bisa tempatkan secara benar, secara optimal sehingga tetap akan produktif," jelasnya.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article The Fed Bakal Turunkan Suku Bunga, Bos OJK Buka-bukaan Efeknya
