
Pemilu India Jadi Sorotan, Bursa Asia Dibuka di Zona Merah

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham Asia dibuka lebih rendah pada hari Selasa setelah memulai bulan Juni dengan kuat, dengan fokus investor sekarang menunggu hasil akhir pemilihan umum India.
Negara dengan populasi terpadat di dunia ini akan mulai menghitung suara untuk pemilu 2024 pada pukul 8 pagi waktu setempat, dan Perdana Menteri Narendra Modi diperkirakan akan memenangkan masa jabatan ketiga berturut-turut. Pertumbuhan ekonomi di India membantu mendorong saham-saham di benua itu lebih tinggi.
Indeks Nifty yang lebih luas ditutup 3,25% lebih tinggi pada 23,263.90 poin setelah menyentuh rekor tertinggi 23,338.70 pada hari sebelumnya, sedangkan indeks BSE ditutup naik 3,39% pada 76,468.78 poin, tidak jauh dari puncak seumur hidup di 76,738.89 yang juga disentuh sebelumnya.
Nikkei 225 Jepang dibuka 0,4% lebih rendah dari penutupan sebelumnya, sedangkan Topix merosot 0,14%. Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,28% dan Kosdaq yang merupakan indeks saham berkapitalisasi lebih kecil turun tipis 0,09%.
Kontrak berjangka indeks Hang Seng Hong Kong berada di 18,092 , menunjukkan pembukaan yang lebih rendah dibandingkan penutupan HSI di 18,403.04. Di Australia, S&P/ASX 200 dibuka mendatar.
Di sisi lain, pergerakan pasar saham Asia dipengaruhi oleh laporan manufaktur Amerika Serikat yang lemah, memicu penurunan imbal hasil.
Jika demikian, hal ini akan menunjukkan bahwa narasi 'berita buruk tetaplah berita buruk' mulai berlaku - pelonggaran kondisi keuangan saja tidak cukup untuk mengangkat harga aset; sebaliknya, memburuknya kondisi makro yang menurunkan imbal hasil dan dolar adalah hal yang penting bagi harga aset.
Dalam beberapa hal, perubahan dalam prospek perekonomian AS sudah berlangsung. The Fed Atlanta pada hari Senin memangkas perkiraan model GDPNow untuk pertumbuhan kuartal kedua menjadi 1,8% dari 2,7%. Dua minggu lalu angkanya 3,5%, dan tiga minggu lalu angkanya di atas 4,00%.
Ekspektasi penurunan suku bunga yang tinggi hanya akan bertahan lama. Faktanya, ekspektasi penurunan suku bunga belum banyak berubah akhir-akhir ini karena inflasi masih lebih kaku dibandingkan perkiraan pembuat kebijakan.
Mesin pertumbuhan AS sangat penting bagi Asia saat ini karena pemulihan Tiongkok pasca-lockdown sangat rapuh, dan ketidakpastian masih ada seputar normalisasi kebijakan Jepang, kenaikan imbal hasil obligasi, dan rekor lemahnya mata uang.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Imbas Tenaga Kerja AS Kuat, Bursa Asia Mayoritas Koreksi!