IHSG Berakhir Sumringah, 5 Saham Ini Jadi Penopangnya
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup bergairah pada perdagangan Senin (3/6/2024), membalikan posisi pada perdagangan akhir pekan lalu yang sempat merana hingga ke bawah level 7.000-an.
IHSG ditutup melesat 0,94% ke posisi 7.036,19. IHSG berhasil bangkit kembali ke level psikologis 7.000 pada hari ini.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 10 triliundengan melibatkan 16miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 961.437 kali. Sebanyak 278 saham menguat, 299 saham melemah, dan 203 saham cenderung stabil.
Secara sektoral, sektor kesehatan menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 1,58%.
Selain itu, beberapa saham juga terpantau menjadi penggerak atau movers IHSG. Berikut daftarnya.
Saham perbankan raksasa kembali menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I hari ini, setelah beberapa hari terakhir menjadi penekan IHSG. Adapun saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini yakni mencapai 22,5 indeks poin.
IHSG rebound hingga berhasil melesat terjadi di tengah membaiknya sentimen pasar global setelah inflasi konsumsi pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) Amerika Serikat (AS) periode April 2024 tumbuh sesuai dengan prediksi pasar.
Data inflasi PCE untuk periode April 2024 berada di 2,7% secara tahunan (yoy), sama seperti bulan sebelumnya dan sesuai dengan ekspektasi pasar. Begitu juga dengan inflasi inti PCE yang bertahan di 2,8% yoy seperti bulan sebelumnya dan sesuai dengan harapan pasar.
Dengan data inflasi yang sesuai ekspektasi, ditambah dengan data ekonomi AS yang mendukung masih kuat, seperti keyakinan konsumen yang naik setelah tiga bulan beruntun melemah, diikuti dengan kondisi manufaktur meningkat ke level ekspansif.
Menguatnya kondisi manufaktur tercermin dari PMI Manufaktur AS Global S&P naik menjadi 50,9 pada Mei 2024, meningkat dari 50 pada bulan April. Hasil ini membuat keyakinan para pelaku pasar bahwa penurunan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) turun hingga 2 kali dalam setahun pupus.
Mengutip perangkat FedWtach, kemungkinan penurunan suku bunga The Fed hanya terjadi sekali yakni pada pertemuan 18 September 2024. Diperkirakan suku bunga akan turun 25 basis poin (bp) menjadi 5,00 - 5,25%
Sementara itu dari dalam negeri, data inflasi Indonesia pada periode Mei 2024 terpantau lebih rendah dibandingkan hasil konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 13 institusi memperkirakan inflasi Mei 2024 diperkirakan menembus 0,06% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Sedangkan secara tahunan diperkirakan akan melandai menjadi 2,94% (year-on-year/yoy) pada Mei 2024 dan inflasi inti diproyeksi diperkirakan ada di angka 1,85% yoy.
Berbeda dengan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyatakan bahwa inflasi secara tahunan tercatat sebesar 2,84% dan secara bulanan mengalami deflasi sebesar 0,03% mtm. Sedangkan inflasi inti tumbuh sebesar 1,93% yoy.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)