IHSG Ambruk & Sempat Ke 6.900-an, Saham BREN-AMMN Jadi Bebannya
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau kembali ambruk pada perdagangan sesi I Kamis (30/5/2024), di mana IHSG sempat ambruk nyaris 2% sekitar pukul 10:00 WIB.
Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG ambruk 1,32% ke posisi 7.046,21. IHSG bahkan sempat ambruk nyaris 2% sekitar pukul 10:00 WIB dan juga sempat menyentuh level psikologis 6.900, di mana IHSG terakhir mencetak level psikologis tersebut pada November 2023.
Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 6,9 triliun dengan melibatkan 9,8 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 667.853 kali.
Secara sektoral, sektor infrastruktur menjadi pemberat terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 1,96%.
Selain itu, beberapa saham juga terpantau menjadi penekan (laggard) IHSG pada sesi I hari ini. Berikut daftarnya.
Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) kembali menjadi pemberat terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 38,6 indeks poin. Saham BREN pun kembali terkena auto reject bawah (ARB) pada sesi I hari ini, di mana sudah dua hari beruntun BREN mencetak ARB.
Selain BREN yang menyeret turun dalam, sejumlah saham big caps lain juga terpantau anjlok. Salah satunya yakni saham PT Amman Minerals International Tbk (AMMN) menyeret turun indeks hingga 29,3 poin.
IHSG kembali ambles karena terbebani oleh naiknya yield obligasi pemerintah AS (US Treasury). Pada penutupan perdagangan kemarin, yield Treasury acuan tenor 10 tahun naik menjadi 4,616%, menjadi yang tertinggi sejak awal Mei 2024.
Yield Treasury kembali naik setelah lelang obligasi 5 tahun oleh Departemen Keuangan AS senilai US$ 70 miliar menunjukkan permintaan yang rendah. Rasio bid-to-cover, yang merupakan ukuran permintaan yang diawasi dengan ketat, berada pada angka 2,3, di bawah rata-rata 10 lelang sebesar 2,45.
Kenaikan yield Treasury juga terjadi karena investor mempertimbangkan keadaan perekonomian Negeri Paman Sam, setelah beberapa data ekonomi yang dirilis baru-baru ini menunjukkan bahwa perekonomian Negeri Paman Sam semakin kuat.
Tidak sampai disitu, konsumsi masyarakat AS juga diperkirakan masih cukup kuat.
Mengutip hasil Conference Board, indeks kepercayaan konsumen AS naik pada Mei menjadi 102 dari 97,5 pada bulan sebelumnya dan di atas ekspektasi pasar yakni 95,9.
Dengan data ekonomi Negeri Paman Sam yang kembali positif, hal ini dapat membawa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dapat bersikap hawkish untuk jangka waktu yang lebih lama.
Apalagi, para pejabat The Fed juga belum mengindikasikan adanya keinginan untuk memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
Alhasil, perkiraan pasar akan pemangkasan suku bunga akan dilakukan pada September cenderung kembali menurun. Melansir perhitungan CME FedWatch Tool, pasar memperkirakan 43,3% penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin (bp) pada September.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)