Market Commentary

Saham BBRI Bangkit, IHSG Lawan Mitos Lesu Jelang Libur Panjang

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Rabu, 22/05/2024 16:27 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup bergairah pada perdagangan Rabu (22/5/2024), setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya.

IHSG ditutup menguat 0,51% ke posisi 7.222,38, meski dibayangi aksi profit taking menjelang libur panjang. IHSG pun berhasil bangkit kembali ke level psikologis 7.200 pada hari ini.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan mencapai sekitar Rp 10 triliun dengan melibatkan 15 miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 993.279 kali.


Secara sektoral, sektor energi menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 2,3%.

Selain itu, beberapa saham juga terpantau menjadi penggerak atau movers IHSG. Berikut daftarnya.

Saham perbankan Himbara PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 4,7 indeks poin. Harga saham BBRI naik 0,85% ke level 4.720. 

Adapun IHSG berhasil mengakhiri perdagangan pekan ini di zona hijau, setelah BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya.

BI memutuskan tetap menahan suku bunga acuan menjadi 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI 21-22 Mei 2024. Selain itu, BI juga masih menahan suku bunga deposit facility sebesar 5,5% dan suku bunga lending facility sebesar 7%.

Hal ini sesuai dengan konsensus pasar CNBC Indonesia, di mana dari 14 institusi yang terlibat polling, seluruhnya memperkirakan BI akan menahan suku bunga di 6,25%.

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengungkapkan keputusan mempertahankan BI rate sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stabilitas untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran.

Selain itu, suku bunga perbankan tetap terjaga dipengaruhi likuiditas perbankan yang memadai sejalan dengan bauran kebijakan BI sejalan dengan kebijakan KLM (Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial) dan dampak kebijakan transparansi SBDK.

Namun, situasi perekonomian Amerika Serikat (AS) dan perang di Timur Tengah dipantau ketat oleh Bank Indonesia (BI). Kedua hal tersebut berpotensi mengguncang pasar keuangan global.

"Ke depan risiko arah penurunan FFR dan dinamika ketegangan geopolitik tetap perlu dicermati karena dapat kembali dorong kenaikan ketidakpastian pasar keuangan global, tekanan mata uang global, tekanan inflasi dan menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi," ungkapnya.

Secara umum kondisi global cukup membaik. Terutama ketegangan geopolitik sudah cukup mereda sejak April 2024.

"Berbagai kondisi berdampak positif pada tertahannya penguatan dolar AS secara global dan turunnya US Treasury yield dibanding kondisi April 2024 meski masih berada pada level yang tinggi," terang Perry.

Di sisi lain, menjelang FOMC minutes, beberapa pejabat The Fed akan menyampaikan pernyataan yang dianggap sebagai petunjuk pasar untuk menebak arah kebijakan moneter bank sentral.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat