IHSG Sesi I Lesu, Terancam Bakal Balik ke 7.100-an

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Selasa, 21/05/2024 13:11 WIB
Foto: (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada akhir perdagangan sesi I Selasa (21/5/2024), setelah bergerak cukup volatil di awal sesi I hari ini.

Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG melemah 0,53% ke posisi 7.227,92. Pada sesi I hari ini IHSG masih berada di level psikologis 7.200.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 5,8 triliun dengan volume transaksi mencapai 9 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 695.069 kali.


Secara sektoral, sektor konsumer non-primer menjadi pemberat terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 0,96%.

Sementara saham bank besar Himbara PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menjadi penekan terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 20,5 indeks poin.

IHSG berbalik arah ke zona merah karena perdagangan pekan ini cenderung pendek yakni hanya berlangsung selama tiga hari disebabkan adanya libur panjang Hari Waisak, menyebabkan investor cenderung kurang bergairah untuk memburu saham dan cenderung melakukan aksi profit taking.

Koreksinya IHSG terjadi karena investor cenderung wait and see menanti keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang akan diumumkan Rabu besok.

BI akan melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada hari ini dan besok. Hal ini akan menjadi perhatian pelaku pasar salah satunya yang ditunggu yakni suku bunga acuan.

Sebelumnya pada April 2024, BI cukup mengejutkan pasar dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bp) ke level 6,25%.

"Rapat dewan Gubernur memutuskan menaikkan BI rate," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (24/4/2024).

BI mengungkapkan alasan kenaikan suku bunga tersebut karena untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari kemungkinan memburuknya risiko global serta sebagai langkahpre-emptivedan forward looking untuk pastikan inflasi sesuai sasaran 2,5 plus minus 1% 2024 2025 sejalan dengan stance kebijakan prostabilitas.

Di sisi lain, semalam para pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) memberi komentar terkait inflasi dan suku bunga.

Pejabat Federal Reserve belum siap untuk mengatakan inflasi sedang menuju target bank sentral sebesar 2% setelah data pekan lalu menunjukkan pelonggaran tekanan harga konsumenpada bulan April, dan beberapa di antaranya pada hari Senin menyerukan kehati-hatian kebijakan yang berkelanjutan.

"Masih terlalu dini untuk mengatakan apakah perlambatan proses disinflasi baru-baru ini akan bertahan lama," Wakil Ketua Fed Philip Jefferson mengatakan pada konferensi Mortgage Bankers Association di New York, bahkan ketika ia menyebut data bulan April "menggembirakan."

Jefferson menggambarkan kebijakan moneter saat ini sebagai kebijakan yang membatasi dan menolak mengatakan apakah ia memperkirakan penurunan suku bunga akan dimulai tahun ini,hanya menyatakan bahwa ia akan dengan hati-hati menilai data ekonomi yang masuk,prospek, dan keseimbangan risiko.

Berbicara secara terpisah pada konferensi yang diadakan oleh Fed Atlanta, Wakil Ketua Pengawasan Fed Michael Barr, mengatakan pembacaan inflasi kuartal pertama yang "mengecewakan" "tidak memberi saya peningkatan kepercayaan diri yang saya harapkan dapat mendukung pelonggaran kebijakan moneter. "

Seperti Jefferson, Barr memperkuat pesan umum The Fed bahwa penurunan suku bunga yang sangat diantisipasi oleh pasar, akan ditunda sampai jelas bahwa inflasi akan kembali ke target The Fed sebesar 2%.

"Kami perlu memberikan kebijakan pembatasan kami beberapa waktu lagi agar dapat melanjutkan fungsinya," kata Barr.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Saat Israel Vs Iran "Memanas", Saham Sektor Ini Malah Menguat!