Harga Minyak Naik Dipicu Data Inflasi AS & Pasokan Mengetat
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia melanjutkan penguatan pada perdagangan Kamis (16/5), setelah data inflasi AS meningkatkan harapan pemangkasan suku bunga. Sentimen kenaikan harga minyak juga datang dari menurunnya pasokan minyak mentah AS dan kekhawatiran persediaan akibat terjadinya kebakaran hutan di Kanada.
Harga minyak mentah Brent (LCOc1) naik atau 0,5% menjadi US$83,14 per barel dan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS (CLc1) menguat 0,5% menjadi US$79,05 per barel.
Harga Minyak Mentah Brent & WTI
Source: Refinitiv
Harga berbalik arah setelah data AS menunjukkan penurunan persediaan minyak mentah yang lebih besar dari perkiraan dan inflasi yang mereda, memicu ekspektasi penurunan suku bunga akhir tahun ini.
Persediaan minyak mentah AS minggu lalu turun 2,5 juta barel, menurut Administrasi Informasi Energi (EIA), jauh lebih besar dari perkiraan penurunan 500.000 barel dalam jajak pendapat Reuters.
"Penurunan minyak mentah sebagian besar disebabkan oleh peningkatan tingkat pemanfaatan kilang," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho, dikutip dari Reuters.
Harga konsumen AS naik kurang dari yang diperkirakan pada bulan April, menunjukkan bahwa inflasi melanjutkan tren penurunannya pada awal kuartal kedua, yang meningkatkan ekspektasi pasar keuangan bahwa Federal Reserve (Fed) AS akan menurunkan suku bunga pada September 2024.
Suku bunga yang lebih rendah akan mengurangi biaya pinjaman bagi bisnis dan konsumen, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi serta permintaan minyak.
Dengan ekspektasi The Fed akan menurunkan suku bunga akhir tahun ini, dolar AS (.DXY) akan jatuh ke level terendah lima minggu terhadap sekeranjang mata uang lainnya. Dolar yang lebih lemah dapat meningkatkan permintaan karena komoditas yang dihargai dalam dolar menjadi lebih murah untuk dibeli dalam mata uang lain.
Sementara itu, International Energy Agency (IEA) memangkas perkiraannya untuk pertumbuhan permintaan minyak 2024, memperlebar kesenjangan dengan kelompok produsen OPEC dalam hal ekspektasi untuk prospek permintaan global tahun ini.
Adapun Organisasi Negara-negara pengekspor Minyak dan sekutunya seperti Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, kemungkinan akan mengadakan pertemuan kebijakan minyak pada 1 Juni, kata empat sumber OPEC+, daripada di Wina seperti yang dijadwalkan saat ini.
Dalam perkembangan yang lain, di Kanada, angin yang menguntungkan diperkirakan akan mendorong kebakaran besar menjauh dari kota pasir minyak Fort McMurray, kata pejabat, kurang dari sehari setelah 6.000 orang diperintahkan untuk meninggalkan tempat itu.
Fort McMurray adalah pusat produksi pasir minyak Kanada. Kebakaran besar pada tahun 2016 memaksa evakuasi 90.000 penduduk dan menghentikan produski lebih dari 1 juta barel per hari.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mza/mza)