BPS Kasih Kabar Baik, Dolar Turun ke Rp16.025 Hari Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan data surplus neraca perdagangan 48 bulan beruntun hingga inflasi produsen AS sesuai ekspektasi.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup terapresiasi 0,4% di angka Rp16.025/US$ pada hari ini, Rabu (15/5/2024). Penguatan rupiah ini berbanding terbalik dengan pelemahan kemarin yang terjadi sebesar 0,09%.
Sementara DXY pada pukul 14:58 WIB turun ke angka 104,89 atau melemah 0,12%. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan penutupan kemarin, Selasa (14/5/2024) yang berada di angka 105,01.
Kemarin malam, inflasi produsen AS telah dirilis dan tercatat sebesar naik 0,5% secara month to month/mtm periode April setelah turun sebesar 0,1% pada Maret, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja pada hari Selasa.
Secara tahunan (year on year/yoy), PPI meningkat 2,2% pada April dari 1,8% pada Maret 2024.
Sementara inflasi produsen AS berdasarkan survei Reuters diperkirakan naik 2,2% yoy. Alhasil, data kemarin sudah sesuai dengan ekspektasi pasar.
Lebih lanjut, inflasi konsumen AS hari ini akan dirilis dan diperkirakan sedikit lebih rendah dibandingkan periode Maret 2024 yang berada di angka 3,5% yoy menjadi 3,4% yoy.
Jika ekspektasi ini sesuai dengan data aktual atau bahkan lebih rendah dibandingkan yang diekspektasikan, maka pasar akan menyambut positif mengingat potensi penurunan suku bunga bank sentral AS (The Fed) akan semakin besar dan tekanan terhadap rupiah akan semakin minim.
Tidak hanya itu, BPS juga telah merilis data neraca perdagangan yang terpantau kembali surplus bahkan di atas konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia.
BPS melaporkan neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus transaksi berjalan sebesar US$3,56 miliar. Ini adalah surplus ke-48 sejak Mei 2020.
Surplus ini dipicu oleh nilai ekspor Indonesia yang masih lebih tinggi dari pada impor. Nilai ekspor pada April 2024 mencapai US$19,62 miliar. Sementara itu, impor tercatat sebesar US$16,06 miliar.
Hal ini memberikan angin segar bagi pasar keuangan domestik termasuk rupiah yang terpantau mengalami apresiasi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)