
Pasar Panik & Rupiah Ambruk, Saham Ini Potensi Cuan!

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah anjlok terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak sampai satu jam sejak perdagangan dibuka. Dilansir dari Refinitiv, rupiah terpuruk 2,27% ke level psikologis baru Rp16.200/US$ hanya dalam kurun waktu 30 menit sejak perdagangan dibuka hari ini.
Sementara itu, IHSG dibuka ambruk 2% lebih pada perdagangan sesi I Selasa (16/4/2024). Pada awal perdagangan, secara sektoral sektor konsumer non-primer menjadi penekan terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 2,2%.
"Situasi dan kondisi saat ini memang tidak menguntungkan bagi pasar saat ini," kata Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus kepada CNBC Indonesia, Selasa (16/4/2024).
Ia menjabarkan, kondisi terkini yang mempengaruhi nilai kurs di antaranya, nonfarm payrolls di Amerika Serikat yang mengalami kenaikan, level pengangguran di AS yang mengalami penurunan, inflasi di Amerika yang mengalami kenaikan. Hal ini membuat potensi penurunan tingkat suku bunga The Fed yang mundur dari sebelumnya Juni menjadi September mendatang.
Selain itu, naiknya tensi geopolitik akibat perang antara Iran dan Israel, serta potensi meningkatnya eskalasi perang yang mengaburkan proyeksi pemulihan ekonomi global.
Ia menyebut, hal ini akan memberikan tekanan kepada usaha yang berbasis impor, namun memberikan keuntungan bagi perusahaan yang berbasis ekspor, seperti komoditas.
Selain itu, tekanan geopolitik juga mendorong kenaikkan harga minyak, sehingga saham saham yang berkorelasi terhadap pergerakan minyak akan mendapatkan sentimen positif.
Sektor kesehatan juga akan mendapatkan angin positif karena merupakan salah satu sektor defensif di tengah situasi dan kondisi yang ada saat ini.
Sebagai informasi, posisi rupiah saat ini merupakan yang terlemah sejak 6 April 2020 atau sekitar empat tahun terakhir sejak pandemi Covid-19 terjadi di awal 2020.
Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 09:32 WIB naik ke angka 106,33 atau menguat 0,12%. Apresiasi DXY ini telah terjadi selama enam hari beruntun sejak 9 April 2024 atau telah naik sekitar dua indeks poin hanya dalam kurun waktu singkat.
Untuk diketahui, Iran melakukan serangan udara ke Israel pada Sabtu malam (13/4/2024) dengan meluncurkan drone peledak dan menembakkan 300 rudal untuk membela diri atas upaya Negara Yahudi itu yang ingin memperluas eskalasi perang di Timur Tengah.
Tensi geopolitik di timur tengah yang makin panas membuat para pelaku khawatir akan ada perang lebih besar yang dapat membuat ekonomi dunia makin terpuruk. Ini menimbulkan ketidakpastian di pasar.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Lesu & Rupiah Ambruk ke 15.600 per USD di Awal Pekan