Market Commentary

6 Saham Farmasi Tiba-Tiba Bergairah, Ada Apa?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
27 March 2024 11:26
Phapros
Foto: dok Phapros

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa emiten farmasi kembali bergairah pada perdagangan sesi I Rabu (27/3/2024), di topang oleh rencana akuisisi beberapa Perusahaan farmasi dan antisipasi emiten farmasi dalam menghadapi wabah demam berdarah dengue (DBD).

Per pukul 10:51 WIB, terpantau enam saham farmasi bergairah, dengan empat saham melonjak lebih dari 2% dan dua saham menguat kurang dari 1%.

Saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) menjadi yang paling kencang penguatannya pada sesi I hari ini, yakni mencapai 9,89% ke Rp 1.000/saham.

Sedangkan saham PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) menjadi yang paling minor penguatannya pada sesi I hari ini, yakni menguat 0,5% menjadi Rp 2.010/saham.

Berikut pergerakan saham emiten farmasi pada perdagangan sesi I hari ini.

SahamKode SahamHarga TerakhirPerubahan Harian
Kimia FarmaKAEF1.0009,89%
Pyridam FarmaPYFA8609,55%
PhaprosPEHA5805,45%
Industri Jamu dan Farmasi Sido MunculSIDO6302,44%
Darya-Varia LaboratoriaDVLA1.5300,99%
Tempo Scan PacificTSPC2.0100,50%

Sumber: RTI

Industri farmasi ramai melakukan ekspansi anorganik melalui aksi korporasi akuisisi. Targetnya tidak hanya perusahaan lokal, tetapi juga perusahaan luar negeri.

Paling dekat yang bakal melaksanakan akuisisi ada PT Diagnosa Laboratorium Utama Tbk(DGNS), sementara yang lain terpantau sudah merampungkan akuisisi, yakni PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).

Untuk PYFA,diketahui sudah selesai melakukan akuisisi 100% perusahaan pengemasan obat global Probiotec Limited melalui anak usahanya di Australia, yakni yakni PYFA Australia Pty Ltd.

Perjanjian ditandai dengan penandatanganan Scheme Implementation Deed (SID) pada 21 Desember 2023 lalu. Anak usaha PYFA ini melakukan pengambilalihan atas seluruh saham Probiotec dengan harga senilai AUD3 atau sekitar Rp 31.505 per lembar.

Melalui keterbukaan informasi, akuisisi ini diharapkan dapat memperluas pangsa pasar grup Perseroan di pasar internasional. Selain itu, akuisisi ini juga memberi akses kepada teknologi serta riset dan pengembangan (R&D) yang lebih mumpuni.

"Akuisisi ini akan memberikan akses ke teknologi terdepan dan juga kesempatan untuk bermitra dengan pemain farmasi global yang nantinya akan menguntungkan industri farmasi di Indonesia," ujar CEO Pyridam Farma Lee Yan Gwan dalam keterangannya, dikutip Jumat, (22/12/2023).

Di lain sisi, emiten farmasi juga mulai mengantisipasi wabah DBD yang sudah mulai terjadi seiring dengan perubahan cuaca yang terbilang cukup cepat.

Perkembangan kasus DBD yang signifikan di Tanah Air barangkali menjadi salah satu perhatian investor sektor kesehatan saat ini.

Menurut data Kementerian Kesehatan, kasus DBD di Indonesia mencapai 35.556 kasus hingga minggu ke-11 tahun 2024.

Adapun sejumlah faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah kasus penyakit akibat nyamukAedes aegyptiini adalah perubahan curah hujan di Indonesia dan fenomena El Nino.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Kesehatan Ambruk Saat Heboh Pneumonia, Saatnya Serok?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular