Indeks DXY Melemah, Dolar Turun ke Rp15.785
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bersamaan dengan penurunan indeks dolar AS (DXY) pada intraday hari ini.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup naik 0,06% di angka Rp15.785/US$. Posisi ini mematahkan tren pelemahan dua hari beruntun sejak 22 Maret 2024.
Sementara DXY pada pukul 14:53 WIB turun ke angka 104,17 atau melemah 0,29%. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin yang berada di angka 104,47.
Penguatan rupiah ditengarai terjadi akibat DXY yang cenderung melemah pada hari ini.
Kendati rupiah tercatat mengalami penguatan, namun capital outflow masih tak terbendung dari pasar keuangan domestik.
Head of Equity Research Bahana Sekuritas, Satria Sambijantoro mengatakan sebagian besar pelemahan rupiah disebabkan oleh aliran uang keluar dari obligasi.
"Sebagian besar kelemahan mungkin berasal dari aliran keuangan, dengan pasar obligasi mencatatkan net-sell sebesar Rp8.2 triliun pada 18-21 Maret, dibandingkan dengan net buy sebesar Rp1.7 triliun di pasar ekuitas" ungkap Satria.
"Untuk saat ini, BI kemungkinan akan meningkatkan intervensi valuta asing." papar Satria.
Sejalan dengan Satria, Ekonom Samuel Sekuritas, Fithra Faisal mengungkapkan bahwa BI selaku bank sentral perlu untuk melakukan intervensi jangka pendek agar mata uang Garuda tidak mengalami depresiasi yang signifikan.
Di lain sisi, faktor ketidakpastian global tetap masih memberikan tekanan bagi mata uang Garuda.
Dari global, pernyataan The Fed yang cenderung mengarah ke dovish dinilai pasar masih belum cukup jelas. Uncertainty masih ada di tengah inflasi AS yang cukup stubborn.
Selain itu, geopolitik yang datang dari Eropa timur masih relatif bergejolak. Terkhusus serangan dari aksi terorisme terhadap Rusia memicu sentimen negatif bagi global.
Alhasil, rupiah masih dibayang-bayangi tekanan yang masih berpotensi membuat rupiah melemah ke depannya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)