Breaking! Rupiah Merana Lagi, Dolar AS Kini Tembus Rp15.800

chd, CNBC Indonesia
26 March 2024 09:19
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah dibuka kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), di mana rupiah dengan dolar AS makin mendekati Rp 16.000/US$.

Melansir data dari Refinitiv, Selasa (26/3/2024) pukul 09:00 WIB, rupiah dibuka terkoreksi 0,04% di posisi Rp 15.800/US$.

Koreksi rupiah terjadi meski indeks dolar Amerika Serikat (AS) cenderung melemah. Indeks DXY atau indeks dolar AS turun 0,28% ke posisi 104,186.

Selain itu, tingkat inflasi AS secara tahunan melonjak 3,2% untuk periode Februari 2024 dibandingkan bulan sebelumnya dan konsensus pasar sebesar 3,1%. Inflasi AS yang meningkat ini mengindikasikan bahwa target bank sentral AS (The Fed) untuk menurunkan inflasi ke level 2% semakin sulit tercapai.

Alhasil, potensi untuk pemangkasan suku bunga ke depan pun sulit untuk terjadi karena saat ini, fokus The Fed yakni ingin menurunkan inflasi hingga ke level yang sudah ditetapkan. Jika The Fed tidak menurunkan suku bunga, maka dolar AS akan tetap berada di level yang cukup tinggi dan tekanan terhadap rupiah akan terus ada.

Selain faktor eksternal, ada beberapa pengaruh dari domestik yang membuat rupiah merana, diantara secara seasonality setiap April - May merupakan musim repatriasi dividen dan pembayaran utang luar negeri, kemudian ditambah persiapan lebaran akan meningkatkan impor lebih banyak.

Akibatnya. aliran dana keluaran tampaknya masih akan cukup deras. Head of Equity Research Bahana Sekuritas, Satria Sambijantoro mengatakan sebagian besar pelemahan rupiah disebabkan oleh aliran uang keluar dari obligasi.

"Sebagian besar kelemahan mungkin berasal dari aliran keuangan, dengan pasar obligasi mencatatkan net-sell sebesar Rp8.2 triliun pada 18-21 Maret, dibandingkan dengan net buy sebesar Rp1.7 triliun di pasar ekuitas" ungkap Satria.

Satria melanjutkan "Untuk saat ini, BI kemungkinan akan meningkatkan intervensi valuta asing namun pelemahan rupiah lebih lanjut tidak boleh diabaikan jika imbal hasil US Treasury terus naik lebih tinggi, sehingga memicu lebih banyak arus keluar obligasi"

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Anjlok buat Money Changer Antre, Segini Harga Jualnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular