
The Fed Tahan Suku Bunga, Minyak Beri Respons Negatif

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah bergerak beragam pada awal perdagangan hari ini, setelah tergelincir pada perdagangan sebelumnya karena investor mempertimbangkan keputusan The Federal Reverse (The Fed) Amerika Serikat (AS) dalam mempertahankan suku bunga.
Pada awal perdagangan hari ini Kamis (21/3/2024), harga minyak mentah WTI dibuka melemah 0,23% di posisi US$81,49 per barel, sementara harga minyak mentah brent bergerak lebih tinggi atau naik 0,40% di posisi US$86,29 per barel.
Pada perdagangan Rabu (20/3/2024), harga minyak mentah WTI ditutup anjlok 2,14% di posisi US$81,68 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent terjun 1,64% di posisi US$85,95 per barel.
Harga minyak kembali melemah seiring The Fed kembali menahan suku bunga acuan di level 5,25%-5,50% untuk kelima kalinya secara beruntun. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terhadap permintaan minyak yang terus membebani harga.
Kemudian, The Fed juga menegaskan jika mereka akan menunggu lebih banyak data pendukung sebelum memangkas suku bunga acuan.
Keputusan The Fed untuk menahan suku bunga ini sudah sesuaiĀ ekspektasi pelaku pasar.
The Fed dalam pernyataan resminya mengatakan pemangkasan suku bunga tidak layak dilakukan selama mereka belum yakin jika inflasi bergerak ke arah 2%.
Bank sentral AS tersebut menegaskan jika mereka mempertimbangkan penyesuaian suku bunga dengan menghitung data-data di masa mendatang.
Chairman The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers, waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia, mengelak menjawab kapan The Fed akan mulai memangkas suku bunga. Terlebih, data-data mendatang masih sulit diprediksi. Namun, dia juga tidak membantah jika rencana pemangkasan suku bunga ada dalam agenda The Fed.
"Keputusan suku bunga The Fed sesuai ekspektasi dan dampaknya terhadap pasar minyak cukup terbatas," ujar Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates, kepada Reuters.
Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan stok minyak mentah turun secara tak terduga pada minggu lalu karena ekspor meningkat dan kilang terus meningkatkan aktivitas.
Penurunan persediaan minyak mentah disebabkan oleh peningkatan jumlah kilang dan kuatnya ekspor minyak mentah, menurut catatan Matt Smith, analis minyak utama di Kpler.
American Petroleum Institute juga melaporkan stok minyak mentah dan bensin turun minggu lalu, sementara persediaan sulingan meningkat.
Di tempat lain, serangan Ukraina terhadap aset penyulingan Rusia telah membantu mendorong harga minyak mentah lebih tinggi karena para pelaku pasar menilai dampaknya terhadap keseimbangan pasokan minyak mentah dan bahan bakar.
"Jika gangguan ini berkepanjangan, hal ini pada akhirnya dapat memaksa produsen Rusia mengurangi pasokan," ujar analis ING Warren Patterson, kepada Reuters.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Minyak Gagal Rebound Usai Isu Geopolitik Mereda
