Rupiah Dibayangi Keputusan Penting The Fed, Bagaimana Nasibnya?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
Senin, 18/03/2024 07:05 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar pekan ini bakal dibayangi keputusan hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed).

Melansir data Refinitiv, rupiah pada akhir pekan lalu, Jumat (15/3/2024) berakhir di posisi Rp15.590/US$, melemah 0,1% secara harian dan melanjutkan pelemahan dari satu hari sebelumnya sebesar 0,03%.

Dalam basis mingguan, rupiah juga tercatat melemah tipis sebesar 0,03% terhadap dolar AS.


Gerak nilai tukar rupiah dalam melawan dolar AS diproyeksi akan volatile pada pekan ini lantaran dibayangi pertemuan the Fed yang akan berlangsung pada 19 - 20 Maret 2024.

Dalam seminggu indeks dolar AS (DXY) juga menekan rupiah dengan menguat 0,69% ke posisi 103,44. Hal ini disebabkan data inflasi AS yang masih tinggi dan tensi konflik Israel yang meningkat seiring kabar bahwa Perdana Menteri Netanyahu menyetujui serangan ke Rafah pada akhir pekan lalu.

Sebagaimana diketahui, untuk inflasi konsumen AS periode Februari 2024 yang dirilis Selasa pekan lalu (12/3/2024), hasilnya memanas ke posisi 3,2% year-on-year (yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 3,1% yoy.

Sementara itu, indeks harga produsen (PPI) yang dirilis dua hari setelahnya juga mengikuti dengan memanas 1,6% yoy. Nilai ini melampaui ekspektasi pasar yang hanya proyeksi naik 1,1% yoy dari bulan sebelumnya 1% yoy.

Pelaku pasar kini mulai berekspektasi the Fed tidak akan buru-buru memangkas suku bunga acuannya. Menurut perhitungan CME FedWatch Tool per 17 Maret 2024, prospek pemotongan suku bunga AS pada Juni ini di level 55,2%. Nilai tersebut sudah semakin turun dibandingkan proyeksi pekan lalu yang mencapai 57.4%.

Sementara itu, sentimen dari dalam negeri tampaknya masih akan merespon hasil neraca perdagangan yang menunjukkan surplus makin menurun. Hal ini bisa menjadi kekhawatiran, pasarnya RI sudah mengalami defisit neraca berjalan.

Jika surplus neraca dagang semakin surut maka hantu twin defisit kembali membayangi pergerakan pasar keuangan Tanah Air.

Sebagai catatan pada akhir pekan lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2024 mengalami surplus US$870 juta. Meski surplus, nilai tersebut semakin menyusut dibandingkan bulan sebelumnya sebesar US$ 2,01 miliar.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, pergerakan rupiah sudah berubah tren sideways dari sebelumnya menguat. Rentang sideways kini bisa dicermati dari support Rp15.550/US$ sampai dengan resistance di Rp15.620/US$.

Untuk suppor tersebut didapatkan dari garis lurus yang ditarik dari low candle pada 13 Maret 2024 secara intraday. Sementara itu, untuk resistance didapatkan dari garis rata-rata selama 200 jam atau Moving Average/MA 200.

Foto: Tradingview
Pergerakan nilai tukar rupiah melawan dolar AS dalam basis waktu per jam

CNBC INDONESIA RESEARCH


(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS