
IHSG Balik Ambles Nyaris 1%, Investor Profit Taking 6 Saham Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau berbalik arah ke zona merah pada perdagangan sesi I Jumat (15/3/2024), setelah selama tiga hari beruntun mencetak rekor tertingginya.
Hingga pukul 11:30 WIB, IHSG merosot 0,92% ke posisi 7.364,674. IHSG terkoreksi ke level psikologis 7.300, setelah selama tiga hari beruntun mencetak rekor tertinggi sepanjang masanya.
Nilai transaksi indeks pada perdagangan sesi I hari ini mencapai sekitar Rp 6 triliun dengan melibatkan 8,4 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 605.393 kali.
Secara sektoral, sektor bahan baku menjadi penekan terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 1,36%. Selain itu, sektor keuangan juga menjadi penekan atau laggard yakni sebesar 1,01%.
Beberapa saham turut memperberat (laggard) IHSG pada sesi I hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi laggard IHSG.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Rakyat Indonesia (Persero) | BBRI | -17,50 | 6.000 | -2,44% |
Chandra Asri Pacific | TPIA | -15,04 | 5.075 | -8,56% |
Bank Negara Indonesia (Persero) | BBNI | -12,65 | 5.800 | -5,69% |
Barito Renewables Energy | BREN | -9,66 | 5.650 | -4,24% |
Bank Central Asia | BBCA | -6,91 | 10.225 | -0,97% |
Bayan Resources | BYAN | -2,83 | 19.325 | -0,90% |
Sumber: Refinitiv
Saham perbankan raksasa kedua di Indonesia yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi penekan terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 17,5 indeks poin.
Selain BBRI, beberapa saham bank raksasa lainnya juga menjadi laggard IHSG seperti PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar 12,6 indeks poin dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 6,9 indeks poin.
IHSG sebelumnya mencetak rekor tertinggi sepanjang masanya selama tiga hari beruntun, sehingga investor pun mulai merealisasikan keuntungannya pada hari ini.
Selain itu, IHSG terkoreksi juga mengekor bursa saham global, di tengah memanasnya kembali inflasi di Amerika Serikat (AS).
Kemarin, indeks Harga Produsen (producer price index/PPI) AS pada Februari lalu bergerak lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar. Masih panasnya data PPI bisa memicu prospek pemangkasan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada Juni menyusut.
Sementara Indeks Harga Konsumen (consumer price index/CPI) AS naik 3,2% pada periode Februari, meleset dari ekspektasi pasar sebesar 3,1% yang sedikit lebih rendah dan lebih tinggi dari 3,1% pada periode Januari.
Selain itu, jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim pengangguran mencapai 209.000 pada pekan yang berakhir 9 Maret. Nilai tersebut malah turun dibandingkan pekan sebelumnya sebesar 210.000 dan berbanding terbalik dengan konsensus yang proyeksi naik ke 218.000 klaim.
Di sisi lain,penjualan ritel AS periode Februari 2024 dengan hasil 1,5% secara tahunan (yoy), melampaui ekspektasi pasar berdasarkan data Trading Economic sebesar 1% yoy.
Data-data tersebut secara keseluruhan menunjukkan ekonomi AS masih tangguh. Pasalnya, penjualan ritel tumbuh positif, inflasi panas, disertai klaim pengangguran turun. Namun, hal tersebut bisa berimplikasi berbeda untuk prospek pemangkasan suku bunga the Fed.
Perhitungan CME FedWatch Tool pada Jumat dini hari waktu Indonesia, menunjukkan peluang 99% suku bunga ditahan pada pertemuan FOMC Maret ini, sementara pemangkasan suku bunga pada Juni menunjukkan peluang 54,5%, ini menyusut dibandingkan pekan lalu yang nilainya nyaris mencapai 60%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balik Loyo, Perbankan Raksasa Jadi Biang Keroknya