Berkat 8 Saham Big Cap Ini, IHSG Cetak Rekor Lagi di 7.421
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup kembali bergairah dan lagi-lagi mencetak rekor tertingginya pada penutupan perdagangan Rabu (13/3/2024), setelah selama dua hari ditutup karena adanya libur panjang dalam rangka Hari Nyepi.
IHSG menguat 0,53% ke posisi 7.421,207. IHSG kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa barunya (all time high/ATH) pada hari ini. Adapun terakhir IHSG mencetak ATH yakni perdagangan Jumat pekan lalu di 7.381,91.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 20 triliun dengan melibatkan 17 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 208 saham menguat, 334 saham melemah, dan 233 saham cenderung stagnan.
Secara sektoral, sektor bahan baku menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 2,61%.
Beberapa saham turut menjadi penopang IHSG pada akhir perdagangan hari ini. Berikut saham-saham yang menopang IHSG pada perdagangan hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Chandra Asri Pacific | TPIA | 20,86 | 6.225 | 11,66% |
Bank Mandiri (Persero) | BMRI | 13,80 | 7.275 | 2,11% |
Amman Mineral Internasional | AMMN | 9,31 | 8.650 | 3,28% |
Bank Rakyat Indonesia (Persero) | BBRI | 5,90 | 6.400 | 0,79% |
Telkom Indonesia (Persero) | TLKM | 4,73 | 3.900 | 1,04% |
Bank Negara Indonesia (Persero) | BBNI | 4,58 | 6.225 | 2,05% |
Bank Syariah Indonesia | BRIS | 2,81 | 2.850 | 9,62% |
Sumber Alfaria Trijaya | AMRT | 1,41 | 2.820 | 1,08% |
Sumber: Refinitiv
Emiten petrokimia milik konglomerat Prajogo Pangestu PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) terpantau menjadi penopang terbesar IHSG pada akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 20,8 indeks poin. Saham TPIA sendiri ditutup melejit 11,66% ke posisi Rp 6.225/unit.
IHSG kembali menguat dan mencetak rekor tertingginya lagi hari ini setelah libur panjang dalam rangka Hari Nyepi. Bursa saham acuan Tanah Air tersebut juga mengekor bursa Asia-Pasifik dan bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street yang menghijau meski inflasi AS kembali memanas.
Sebagai catatan,inflasi AS untuk periode Februari 2024 terpantau menguat 3,2% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Sedangkan, tingkat inflasi bulanan naik menjadi 0,4%, dari 0,3% sudah sesuai dengan perkiraan. Di mana harga tempat tinggal dan bensin menyumbang lebih dari 60% kenaikan tersebut.
Nilai ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya dan perkiraan pasar sebesar 3,1% yoy. Untuk inflasi inti lanjut melandai ke 3,8% yoy dibandingkan bulan sebelumnya 3,9% yoy. Namun, nilai tersebut, masih lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar di 3,7% yoy.
Sementara dalam basis bulanan, inflasi inti naik 0,4% pada Februari 2024. Nilai tersebut sama seperti bulan sebelumnya dan di atas ekspektasi pasar sebesar 0,3%.
Inflasi AS yang lebih panas dari perkiraan ini patut dicermati dampaknya ke pasar keuangan. Ini lantaran semakin jauh dari target inflasi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) di level 2%.
Setelah rilis inflasi, menurut CME FedWatch Tool, pelaku pasar kini melihat peluang 70% penurunan suku bunga pertama pada bulan Juni, sedikit turun dibandingkan peluang menjelang laporan inflasi sebesar 71%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)