
Saham Bank Mandiri Cetak Rekor Baru Lagi di Rp 7.275, Efek Dividen?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten perbankan berkapitalisasi pasar terbesar kelima di bursa yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) terpantau kembali melesat dan menyentuh lagi rekor tertingginya pasca stock split pada perdagangan sesi I Rabu (7/2/2024).
Hingga pukul 12:00 WIB, saham BMRI melesat 2,11% ke posisi harga Rp 7.275/unit. Pada posisi ini menjadi rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) barunya pasca stock split atau pemecahan saham. Adapun terakhir BMRI mencetak ATH yakni pada perdagangan 21 Februari lalu di Rp 7.250/unit.
Saham BMRI sudah diperdagangkan sebanyak 11.151 kali dengan volume transaksi mencapai 81,31 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 587,35 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 679 triliun.
Hingga pukul 12:00 WIB di order bid atau beli, pada harga Rp 7.225/unit, menjadi antrean beli paling banyak di sesi I hari ini, yakni mencapai 60.715 lot atau sekitar Rp 44 miliar.
Sedangkan di order offer atau jual, di harga Rp 7.300/unit menjadi antrean jual terbanyak pada sesi I hari ini, yakni mencapai 63.336 lot atau sekitar Rp 46 miliar.
Melesatnya saham BMRI terjadi di tengah rencana perseroan yang akan membagikan dividen untuk tahun buku 2023.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada 7 Maret lalu, memutuskan untuk membagikan 60% dari laba tahun buku 2023 atau senilai Rp 33,04 triliun. Dengan demikian investor akan mendapatkan Rp 353,96 per saham.
Sementara itu, sebesar Rp 22,02 triliun atau 40% dari laba bersih akan dialokasikan sebagai laba ditahan.
Bila dirinci, pemerintah sebagai pengendali emiten bersandi BMRIakan menerima Rp 17,18 triliun yang akan disetorkan ke rekening kas umum negara.
Adapun, pada tahun lalu bank bersandi saham BMRI ini membagikan dividen senilai Rp 24,7 triliun dari laba bersih tahun buku 2022. Sehingga, pemegang saham memperoleh Rp 529,34 per lembar saham.
Sebagai informasi, Bank Mandiri mengantongi laba Rp 55,1 triliun sepanjang 2023, naik 33,7% secara tahunan (yoy). Capaian ini ditopang oleh pertumbuhan kredit di seluruh segmen.
Kredit korporasi per 31 Desember 2023 mencapai Rp 490 triliun, tumbuh 18,3% yoy. Selain itu, kredit komersial juga menorehkan kinerja positif dengan pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan segmen lain yaitu sebesar 21,2% yoy menjadi Rp 238 triliun.
Kemudian segmen SME naik 14% yoy menjadi Rp 77 triliun dan mikro tumbuh 10,4% yoy menyentuh Rp 168 triliun.
Pertumbuhan tersebut juga diimbangi dengan kualitas aset yang terus membaik.Pada akhir 2023, rasio nonperforming loan (NPL) Bank Mandiri secara bank only turun sebesar 86 basis poin (bps) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu ke level 1,02%.
Meski NPL relatif menurun, perseroan tetap menjaga rasio pencadangan (NPL coverage ratio) di level konservatif yakni sebesar 384%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Bank Bangkit, BMRI Melesat 3,5%