
Saham Bank Jumbo Gendong IHSG Cetak Rekor Baru di 7.381,91

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mengakhiri akhir pekan ini dengan parkir di zona hijau dan juga kembali mencetak rekor tertinggi barunya, setelah kemarin juga mencetak rekor tertinggi.
Pada penutupan perdagangan Jumat (8/3/2024) hari ini, IHSG naik 0,11% ke posisi 7.381,907. IHSG kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa barunya (all time high/ATH) pada hari ini. Adapun terakhir IHSG mencetak ATH yakni perdagangan kemarin di 7.373,96.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 13 triliun dengan melibatkan 14 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 244 saham naik, 273 saham turun, dan 252 saham cenderung stagnan.
Beberapa saham turut menjadi penopang IHSG pada akhir perdagangan hari ini. Berikut saham-saham yang menopang IHSG pada perdagangan hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Rakyat Indonesia (Persero) | BBRI | 14,65 | 6.350 | 2,01% |
Bank Negara Indonesia (Persero) | BBNI | 4,55 | 6.100 | 2,09% |
Bayan Resources | BYAN | 2,82 | 19.500 | 0,91% |
Bank Mandiri (Persero) | BMRI | 2,26 | 7.125 | 0,35% |
Bank Central Asia | BBCA | 1,73 | 10.150 | 0,25% |
Merdeka Copper Gold | MDKA | 1,41 | 2.370 | 2,16% |
Sumber Alfaria Trijaya | AMRT | 1,40 | 2.790 | 1,09% |
Bank Syariah Indonesia | BRIS | 1,34 | 2.600 | 4,84% |
Sumber: Refinitiv
Saham perbankan raksasa mendominasi penggerak IHSG pada akhir perdagangan hari ini, dengan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi penopang terbesar IHSG yakni mencapai 14,6 indeks poin.
IHSG kembali menguat disinyalir berkat respon positif pelaku pasar dari rilis data pekerjaan Amerika Serikat (AS) terbaru yang mulai mendingin, surplus neraca dagang China, hingga cadangan devisa RI yang masih memadai.
Pada Kamis malam, Biro Ketenagakerjaan AS merilis data pekerjaan terbaru yang dapat menjadi perhitungan dalam memprediksi pemangkasan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Jumlah orang yang mengklaim tunjangan pengangguran di AS adalah 217.000 pada pekan yang berakhir 2 Maret 2024, tidak berubah dari tingkat revisi minggu sebelumnya dan di atas ekspektasi pasar sebesar 215 ribu.
Level minggu sebelumnya direvisi naik 2.000 dari 215.000 menjadi 217.000. Sementara itu, klaim pengangguran berkelanjutan naik sebesar 8 ribu menjadi 1906 ribu pada minggu sebelumnya, tertinggi sejak November, dan di atas ekspektasi pasar sebesar 1889 ribu. Rata-rata pergerakan 4 minggu turun 750 menjadi 212,25 ribu
Angka dari jumlah klaim pengangguran yang meningkat akan menjadi sentimen baik karena dipandang menjadi 'pelicin' The Fed untuk menurunkan suku bunga segera.
Berikutnya, ada sentimen positif juga dari China terkait dengan surplus neraca dagang yang melonjak. Sepanjang Januari - Februari 2024, neraca dagang sang Naga Asia ini tercatat surplus US$ 1215,16 miliar.
Nilai tersebut melonjak signifikan dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 103,8 miliar dan melampaui perkiraan pasar sebesar US$ 103,7 miliar.
Surplus neraca dagang China disinyalir karena ekspor meningkat lebih besar dibandingkan impor. Ekspor tumbuh sebesar 7,1%, mengalahkan ekspektasi pertumbuhan 1,9%, sementara impor naik 3,5%, dibandingkan ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan 1,5%
Posisi China sebagai partner dagang RI terbesar, pertumbuhan baik dari sisi ekspor-impor tentu akan menguntungkan. Pasalnya, siklus perdagangan menjadi lebih lancar dan memberikan inflow ke RI.
Dari sisi domestik, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2024 sebesar US$ 144 miliar. Realisasi ini turun dibandingkan posisi pada akhir Januari 2024 sebesar US$ 145,1 miliar.
Berdasarkan siaran pers Bank Indonesia (BI), Kamis (7/3/2024) kemarin, penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Euforia IHSG Kembali ke 7.300-an