Rupiah Menguat ke Rp15.695/US$, The Fed Segera Pangkas Suku Bunga?
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah sikap wait and see pelaku pasar perihal pernyataan bank sentral AS (The Fed) serta potensi pemangkasan suku bunga The Fed pertengahan tahun ini.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,44% di angka Rp15.695/US$. Penguatan ini berbeda dengan pelemahan yang terjadi kemarin (5/3/2024) sebesar 0,19%.
Sementara DXY pada pukul 15:52 WIB naik ke angka 103,67 atau melemah 0,12%. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin yang berada di angka 103,8.
Pendorong rupiah yang menguat signifikan hari ini terjadi salah satunya akibat ekspektasi suku bunga The Fed pada Juni mendatang.
Salah satu data yang mendukung pelemahan ekonomi AS yakni data manufaktur AS semakin merosot pada Februari. Institute for Supply Management (ISM) melaporkan PMI manufaktur AS pada Februari lalu turun menjadi 47,8, dari sebelumnya di angka 49,1 pada Januari lalu. Ini adalah bulan ke-16 berturut-turut dimana PMI tetap berada di bawah 50, yang mengindikasikan adanya kontraksi di sektor manufaktur.
Kemudian, pertumbuhan industri jasa AS juga sedikit melambat pada bulan Februari 2024 di tengah penurunan lapangan kerja. ISM mengatakan PMI non-manufaktur turun menjadi 52,6 bulan Februari dari 53,4 pada bulan Januari. Angka di atas 50 menunjukkan pertumbuhan di industri jasa, yang menyumbang lebih dari dua pertiga perekonomian.
Di lain sisi, investor juga saat ini sedang bersikap wait and see perihal pernyataan ketua The Fed, Jerome Powell perihal ekonomi dan suku bunga.
Dilansir dari CNBC International, kepala strategi global di LPL Financial, Quincy Krosby mengatakan bahwa pasar saat ini sedang mengumpulkan informasi kapan The Fed akan mulai melakukan penurunan suku bunga dan berapa banyak penurunan suku bunganya.
Inti dari pertanyaan tentang bagaimana tindakan The Fed selanjutnya adalah pandangannya terhadap inflasi dan bagaimana Powell mengungkapkan hal tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)