Kredit Perbankan Tokcer, OJK Dinilai Sukses Awasi Industri
Jakarta, CNBC Indonesia - Upaya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam menjaga stabilitas sektor jasa keuangan nasional patut diacungkan jempol. OJK sejauh ini dinilai telah berhasil mengawasi industri jasa keuangan dengan baik, sehingga sektor ini benar-benar bisa tumbuh secara berkelanjutan. Salah satunya di perbankan.
"Saya rasa sudah cukup baik dalam mengawasi industri jasa keuangan terutama perbankan," kata Direktur Ekonomi Digital Celios, Nailul Huda kepada CNBC Indonesia dikutip, Senin (4/3/2024).
Kendati demikian, Nailul tetap mengingatkan agar pelaku usaha dan juga regulator agar selalu tetap mewaspadai tantangan ke depan.
Menurutnya tantangan ke depan yang paling berpotensi menghambat kinerja perbankan adalah kondisi ekonomi global yang sangat tidak menentu. Hal ini pun telah berimbas ke beberapa negara dan bahkan sampai mengalami krisis ekonomi seperti di Jepang, Inggris, dan Jerman. Bahkan China pun prediksi pertumbuhan ekonominya bakal terpangkas 50%.
"Artinya perputaran uang secara global akan melambat," pungkas Nailul.
Seperti diketahui, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menyampaikan bahwa sejauh ini industri jasa keuangan masih dalam kondisi baik. Hal ini didukung oleh permodalan, likuidias dan juga profil resiko yang terjaga. Salah satunya di sektor perbankan.
"Stabilitas industri jasa keuangan terjaga, didukung permodalan yang kuat, likuiditas stabil, dan profil risk yang terjaga. Secara umum baik," kata Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner OJK yang berlangsung hari ini.
OJK mencatat, per Januari 2024, penyaluran kredit kepada pihak ketiga naik 11,83% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 7.058 triliun. Bahkan angka pertumbuhan pada bulan pertama tahun ini lebih tinggi dibandingkan Desember 2023 yang naik 10,38% yoy.
Capaian ini ditopang oleh kredit investasi yang tumbuh 13,39% yoy. Pada periode yang sama kredit modal kerja juga naik 12,26% yoy dan kredit konsumsi 9,64% yoy.
"Industri perbankan masih melanjutkan tren positif, kredit double digit 11,83% yoy," kata Kepala Eksekutif OJK Dian Ediana Rae dikesempatan yang sama.
Sementara itu rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross sedikit naik dari 2,19% per Desember 2023 menjadi 2,35% per Januari 2024. Hal ini juga diikuti dengan rasio NPL net yang naik dari 0,71% menjadi 0,79%.
Kemudian profil risiko kredit juga naik, dengan indikasi kredit dalam risiko atau loan at risk (LAR) naik dari 10,94% menjadi 11,6%.
Di sisi lain, rasio permodalan bank terbilang masih sangat tinggi, yakni 27,54%. Angka ini meningkat bila dibandingkan dengan posisi Desember 2021 dan Desember 2022, di mana masing-masing 25,67% dan 25,63%. Akan tetapi bila dibandingkan dengan Desember 2023, turun tipis atau sebesar 11 basis poin (bps).
Adapun rasio profitabilitas bank pada awal tahun ini sedikit mengalami koreksi. Margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) turun dari 4,81% menjadi 4,54%. Kemudian tingkat pengembalian aset atau return on asset (ROA) turun dari 2,74% menjadi 2,71%.
(dpu/dpu)