Data Inflasi Bahan Bakar Rupiah, Kuatkah Hari Ini?
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terpantau mulai menguat akhir pekan lalu, tetapi masih dalam tren pelemahan mingguan. Inflasi RI periode Februari 2024 yang melonjak lebih panas dari ekspektasi tampaknya masih akan mempengaruhi gerak mata uang Garuda.
Melansir dari refinitiv, hingga akhir perdagangan Jumat lalu (1/3/2024) rupiah ditutup menguat tipis 0,1% menuju Rp15.695/US$. Apresiasi ini akhirnya memutus tren pelemahan selama lima hari beruntun.
Sayangnya, apresiasi tersebut masih belum menutup pelemahan secara mingguan, di mana mata uang Garuda terkoreksi 0,67%.
Rupiah ambruk terutama dipicu oleh besarnya arus capital outflow.
Merujuk data Bank Indonesia berdasarkan transaksi 26-29 Februari 2024, investor asing mencatat jual neto Rp2,00 triliun terdiri dari jual neto Rp0,82 triliun di pasar Surat Berharga Negara, jual neto Rp2,64 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp1,46 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Investor asing memilih meninggalkan pasar keuangan Indonesia karena belum ada tanda-tanda pemangkasan suku bunga di AS. Dari dalam negeri, kondisi twin deficit membuat Indonesia menjadi kurang menarik.
Indonesia membukukan twin deficit dari transaksi berjalan dan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Indonesia mencatatkan defisit Transaksi Berjalan hingga US$1,3 miliar pada kuartal IV-2023 sementara secara keseluruhan tahun 2023 defisitnya mencapai US$1,6 Miliar atau 0,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Di sisi lain APBN 2023 defisit sebesar Rp347,6 triliun atau 1,65% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Berikutnya, data inflasi tampak masih akan berpengaruh terhadap gerak pasar keuangan hari ini, Senin (4/3/2024).
Sebagaimana diketahui, akhir pekan lalu BPS mengumumkan data inflasi yang mengalami kenaikan di atas ekspektasi pasar yakni sebesar 2,75% year on year/yoy, akan tetapi masih dalam rentang target pemerintah 1,5%-3,5%.
BPS menyatakan inflasi pada Februari ini disebabkan oleh kelompok bahan makanan, antara lain beras, cabai merah, daging ayam, tomat, dan bawang putih, serta gula pasir. Di luar makanan dan minuman, BPS mencatat emas perhiasan, angkutan udara dan kontrak rumah rumah turut memberikan andil signifikan.
"Sebaran inflasi tahunan wilayah, seluruh provinsi terjadi. Tertinggi di Papua selatan 4,61% sedang terendah di Papua Barat Daya inflasi 1,81%," ujar M.Habibullah, Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, Jumat (1/3/2024).
Sementara dari eksternal akan ada sentimen dari pidato pejabat the Fed nanti malam yang kemungkinan besar akan menanggapi bagaimana kondisi ekonomi global akhir-akhir ini, terutama perkiraan inflasi AS terkini yang diproyeksi kembali melandai.
Inflasi AS terpantau menembus 3,1% yoy pada Januari 2024, melandai dari 3,4% pada Desember 2023, tetapi masih jauh di atas ekspektasi pasar (2,9%).
Namun, ada kabar baik baru datang pada Kamis pekan lalu setelah data inflasi pengeluaran konsumen pribadi AS (PCE) semakin mendingin.
Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan AS melaporkan inflasi PCE pada Januari lalu tercatat 2,4% yoy. melandai dari bulan sebelumnya sebesar 2,6% yoy. Angka ini juga sudah sesuai dengan ekspektasi pasar, yang memperkirakan inflasi PCE tumbuh 2,4% (yoy).
Teknikal Rupiah
Rupiah terpantau sudah berbalik arah mengalami tren pelemahan dalam basis waktu per jam. Paling dekat, rupiah potensi menguji support sebagai target penguatan terdekat di Rp15.685/US$ yang didapatkan dari garis rata-rata selama 50 jam atau moving average/MA 50.
Perlu diperhatikan, jika support tak bisa di tembus ke bawah ada potensi bisa terjadi pantulan yang menunjukkan tren pelemahan berlanjut. Sebagai antisipasi, pelaku pasar bisa mencermati resistance terdekat di Rp15.730/US$, posisi ini didapatkan dari garis lurus yang ditarik dari high candle intraday pada 28 Februari lalu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)