LPS Titip Pesan Ini Buat Perbankan
Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengingatkan perbankan saat ini merupakan periode yang tepat untuk mengatur ulang sisi pendanaan.
Direktur Eksekutif Surveilans, Pemeriksaan, dan Statistik LPS Priyanto Budi Nugroho mengatakan bahwa struktur liabilitas bank di Indonesia saat ini belum banyak berubah dibandingkan dengan kondisi 2008. Rata-rata deposito yang tersimpan di bank dalam negeri masih kurang dari 3 bulan, sedangkan banyak negara rata-rata di atas 6 bulan.
"Menurut kami ini timing yang tepat untuk kita sedikit restructure di sisi funding. Barangkali deposito 3 bulan bisa diperpanjang, kami yakin kapalnya bisa cepat berlayar dan cepat melewati badai," katanya dalam CNBC Economic Outlook 2024 di Jakarta, Kamis (29/2/2024).
Priyanto mengatakan dalam kondisi saat ini kecukupan likuiditas menjadi hal yang mendasar bagi perbankan untuk mengarungi tantangan perekonomian. Sebagaimana diketahui, suku bunga diperkirakan masih higher for longer atau akan bertahan pada level tinggi dalam kurun waktu yang lebih lama.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung mengatakan bahwa giro wajib minimum (GWM) perbankan di Indonesia telah dilonggarkan untuk mendukung likuiditas, dengan catatan dana harus digunakan untuk menyalurkan kredit.
Dia mencatat bahwa dari pelonggaran GWM tersebut masih ada Rp 125 triliun yang dapat digunakan perbankan.
Adapun dalam acara yang sama, Chairman CT Corps Chairul Tanjung mengatakan bahwa Indonesia tengah mengalami financial stress yang menyebabkan supply and demand tidak seimbang.
Dia menjelaskan bahwa kebijakan Amerika Serikat yang masih mempertahankan suku bunga acuan membuat beban dana perbankan naik.
Sementara itu, Bank Indonesia mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dalam tiga bulan terakhir 2023 terbilang seret. Per Desember, DPK yang dihimpun bank hanya naik 3,8% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 8.234,2 triliun.
Pertumbuhan DPK pada penghujung 2023 tidak sejalan dengan laju penyaluran kredit. Penyaluran dana bank kepada pihak ketiga per Desember 2023 melesat 10,3% yoy menjadi Rp 7.044,8 triliun.
(mkh/mkh)