Ekonomi AS Masih Kuat, Rupiah Kembali Melemah ke Rp15.700/US$

rev, CNBC Indonesia
29 February 2024 09:07
Indonesian rupiah banknotes are counted at a money changers in Jakarta, Indonesia April 25, 2018. REUTERS/Willy Kurniawan
Foto: REUTERS/Willy Kurniawan

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca AS merilis data PDB estimasi yang masih cukup tinggi.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka melemah 0,13% di angka Rp15.700/US$. Pelemahan rupiah ini sejalan dengan depresiasi yang terjadi kemarin (28/2/2024) yang melemah sebesar 0,29% serta merupakan penurunan yang terjadi selama lima hari beruntun.

Sementara DXY pada pukul 08:48 WIB turun di angka 103,89 atau turun 0,08%. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin yang berada di angka 103,97.

Semalam, Biro Analisis Ekonomi AS (BEA) merilis data PDB pada kuartal IV-2023 direvisi menjadi tumbuh 3,2%, dari sebelumnya pada perkiraan awal sebesar 3,3%.

Sepanjang 2023, ekonomi Negeri Paman Sam tercatat tumbuh 2,5%, melampaui pertumbuhan sebesar 1,9% pada 2022. Belanja konsumen, yang menyumbang sekitar 70% aktivitas ekonomi AS, tumbuh dengan kecepatan tahunan sebesar 3% dari Oktober hingga Desember tahun lalu.

Kendati PDB kuartal IV-2023 final berpotensi lebih rendah dibandingkan kuartal III-2023, namun angka 3,2-3,3% terbilang masih cukup tinggi mengingat sepanjang paruh kedua 2022 hingga paruh pertama 2023, PDB AS tergolong di bawah 3%.

PDB AS yang cukup tinggi ini menunjukkan perekonomian AS masih cukup kuat sehingga inflasi AS masih tampak berada di level yang cukup tinggi.

Selain itu, malam ini, AS juga akan merilis data inflasi (Personal Consumption Expenditure/PCE) yang menurut konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan inflasi PCE Negeri Paman Sam pada Januari 2024 turun menjadi 2,4% secara tahunan (year-on-year/yoy) dan naik menjadi 0,3% secara bulanan (month-to-month/mtm).

Sedangkan inflasi PCE inti, yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang bergejolak, diperkirakan naik menjadi 2,9% (yoy) dan 0,4% (mtm).

Jika pembacaan PCE mirip dengan pembacaan inflasi harga konsumen dan produsen baru-baru ini, hal ini dapat memaksa bank sentral AS (The Fed) untuk mempertahankan suku bunga pada tingkat saat ini lebih lama dari perkiraan pasar.

Efeknya yakni mata uang Garuda akan mendapatkan tekanan yang cukup kuat.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular