Rumah Tapak Primadona, Harga di Bawah Rp 2 Miliar Paling Laris

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
28 February 2024 15:25
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Jones Lang LaSalle (Jll) menyebut rumah tapak masih menjadi primadona di sektor properti Indonesia. Head of Research JLL Yunus Karim mengungkapkan, kebutuhan rumah tapak menarik permintaan yang cukup sehat.

Yunus memaparkan, pemicu utama yang mendorong permintaan rumah tapak diantaranya insentif dari pemerintah berupa keringanan PPN. Hal itu menjadi angin segar bagi para pengembang dalam menjual unitnya.

"Pemerintah juga aktif memberikan insentif keringanan PPN. Yang kita lihat November 2023 kemarin diuncukan. Saat melakukan studi semester 2 2023 terasa dampaknya, banyak pasokan-pasokan yang masuk ketika diluncurkan keringanan pajak ini," ujarnya di kantornya, Rabu (28/2).

Yunus menjelaskan, persediaan dan permintaan rumah tapak sepanjang 2023 seimbang pada angka 10.000 unit. Tingkat penjualan tetap kuat di berbagai lokasi, terutama di Bogor dan Tangerang.

"Unit by price menunjukan harga yang di bawah Rp 2 miliar total ada 80%. Keterjangkauan menjadi kunci yang tentunya menyasar pasar milenial. Jadi menyesuaikan pasar yang ada saat ini," sebutnya.

Ia melanjutkan lebih jauh, para pengembang secara aktif meluncurkan klaster-klaster baru. Bahkan kota-kota yang sebelumnya lebih sepi pun ikut bergabung dengan memperkenalkan klaster-klaster baru.

Faktor-faktor seperti aksesibilitas yang baik ke jalan tol dan transportasi umum, reputasi pengembang, dan fasilitas komersial yang mendukung menjadi hal yang sangat penting ketika calon pembeli mempertimbangkan untuk membeli unit rumah tapak.

Kota-kota baru telah diluncurkan secara resmi di Tangerang dan Bogor. Selain itu, pengembang asing secara aktif bermitra dengan pengembang lokal, menghasilkan usaha patungan. Beberapa proyek telah diperkenalkan di Tangerang, dan akan lebih banyak lagi yang menyusul di Bekasi dan Bogor.

"Ke depannya sektor ini akan tetap mendapat respons positif dari pasar dan kita lihat developer asing cukup aktif beberapa tahun terakhir menaruh minat mereka ke sektor rumah tapak ini," pungkasnya.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Ini Nih Yang Bikin Penjualan Rumah Tapak Makin Laris Manis

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular