
Bank Digital Masih Andalkan Strategi Bakar Duit, Efektif?

Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah bank digital di Indonesia semakin banyak, terhitung sudah mencapai sekitar 15 bank. Terbaru, PT Krom Bank Indonesia Tbk. (BBSI) besutan Kredivo Group, yang resmi meluncurkan layanan perbankan digitalnya, Krom, pada hari Selasa (27/2/2024).
Bank tersebut menyasar anak muda, dengan menawarkan keunggulan dalam hal "kompetitif", yakni suku bunga yang tinggi. Krom menawarkan suku bunga tabungan 6% p.a. dan suku bunga deposito hingga 8,75% p.a., menjadi yang tertinggi saat ini di Indonesia.
Strategi itu sama dengan pemain bank digital lainnya yang "bakar duit" untuk memberikan promosi atau benefit tertentu kepada nasabah. Beberapa waktu lalu, ahli pemasaran sekaligus Wakil Rektor I Universitas Prasetiya Mulya Agus W. Soehadi menyebut cara itu sudah tidak terlalu efektif, dan tidak terlalu baik bagi keberlanjutan bisnis.
Selain Krom, sejumlah bank digital memang saat ini masih menawarkan suku bunga yang tinggi melebihi tingkat bunga penjaminan (TBP) yang dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), yakni 4,25%.
Sementara itu, perolehan keuntungan sejumlah bank digital masih lesu. Seperti entitas anak BRI, PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) yang mencatatkan perolehan laba yang anjlok 54,81% secara tahunan (yoy) menjadi Rp14,67 miliar per September 2023.
Begitu pula dengan bank digital milik Grup Emtek, Superbank yang mencatatkan rugi naik 102,71% yoy Rp254,74 miliar per kuartal III-2023. Kemudian, bank digital PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK) melaporkan rugi bersih sebesar Rp145,73 miliar pada kuartal III-2023, turun tipis 0,46% yoy.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch Amin Nurdin menilai, menjamurnya bank digital di Indonesia dikarenakan masih adanya potensi yang cukup besar di Indonesia. Ia menyebut sekitar 60% warga Indonesia masih unbankable.
"Jadi itu masih juga potensi yang digarap kalau memang serius. Kemudian mereka melakukan inklusi keuangan sehingga bisa menarik nasabah tersebut untuk join. Asalkan jangan kemudian jeruk makan jeruk mereka juga bermain dengan segmen yang sama di bank konvensional," ujar Amin kepada CNBC Indonesia, Selasa (28/2/2024).
Memang tantangan yang dihadapi para pemain bank digital dalam menggarap potensi tersebut tidak sedikit. Guna menarik nasabah, bank digital perlu menawarkan suku bunga yang tinggi.
"Karena memang supaya menarik perhatian konsumen, terutama di segmen yang memang mereka sangat senang dengan suku bunga tinggi atau dengan kata lain mereka-mereka yang para petani bunga itu cenderung akan senang. Ini kan upaya untuk menarik juga supaya mereka menjadi nasabah," jelas Amin.
Di saat yang bersamaan, sejumlah bank digital masih merugi masih dalam pengembangan dan investasi. Namun, kata Amin, keberadaan para konglomerasi yang menaungi bank-bank digital itu memberikan modal dan komitmen yang kuat bagi keberlangsungan bisnis bank.
Ia berpendapat, bila bank digital bisa melakukan strategi yang cukup signifikan seperti inovasi produk dan dengan layanan, bank digital akan membangun basis pelanggan yang kuat.
"Tidak hanya menawarkan suku bunga tinggi, tapi berbagai macam kemudahan-kemudahan transaksi penggunaan ekosistem yang tertata dengan baik. Saya rasa itu akan membangun customer base yang cukup loyal dengan bank-bank digital itu," ujar Amin.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemain Baru Bank Digital, Krom Bank Tawarkan Bunga Deposito 8,75%
