IHSG Balik Ke 7.300-an, 6 Saham Ini Jadi Incaran Investor
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat pada perdagangan sesi I Rabu (28/2/2024), meski investor masih cenderung wait and see.
Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG menguat 0,36% ke posisi 7.311,24. IHSG berhasil menyentuh kembali level psikologis 7.300, setelah beberapa hari terakhir bertahan di level psikologis 7.200.
Nilai transaksi indeks pada perdagangan sesi I hari ini mencapai sekitar Rp 45,4 triliun dengan melibatkan 14 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 771.162 kali.
Beberapa saham menjadi penopang (movers) IHSG pada sesi I hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi movers IHSG.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Barito Renewables Energy | BREN | 18,53 | 5.975 | 8,64% |
Bank Central Asia | BBCA | 6,85 | 9.975 | 1,01% |
Bank Rakyat Indonesia (Persero) | BBRI | 5,87 | 6.175 | 0,82% |
Astra International | ASII | 4,52 | 5.275 | 1,93% |
Chandra Asri Pacific | TPIA | 2,56 | 4.530 | 1,80% |
Indosat | ISAT | 1,80 | 11.200 | 5,16% |
Sumber: Refinitiv
Emiten energi baru terbarukan (EBT) milik konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penopang terbesar IHSG pada sesi I hari ini, yakni mencapai 18,5 indeks poin.
IHSG berhasil menguat di sesi I hari ini, setelah beberapa hari terakhir merana. IHSG menguat meski pasar masih cenderung wait and see menanti rilis data ekonomi terbaru Indonesia dan data ekonomi Amerika Serikat (AS).
Dari AS, pada hari ini akan dirilis data perkiraan kedua dari pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) pada kuartal IV-2023.
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan PDB AS pada perkiraan kedua secara basis kuartalan (quarter-to-quarter/qtq) mencapai 3,3%, lebih rendah dari posisi kuartal III-2023 yang mencapai 4,9%.
Sebelumnya, data keyakinan konsumen AS menunjukkan indeks turun menjadi 106,7 pada Februari 2024, dari 110,9 pada Januari ataupun ekspektasi pasar yakni 115.1.
Fakta-fakta di atas mencerminkan adanya perlambatan ekonomi AS yang bisa berimbas kepada kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
Jika ekonomi AS makin melemah maka ada harapan The Fed memangkas suku bunga dalam waktu dekat.Kondisi ini akan menguntungkan rupiah karena investor bisa melepas dolar AS dan membeli instrumen lain seperti rupiah.
Di lain sisi, investor juga masih menimbang rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.
Pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah menetapkan rancangan defisit APBN pada 2025 sebesar 2,48%-2,8%. Angka defisit itu melebar dari yang ditetapkan untuk APBN 2024 sebesar 2,29%. Seperti diketahui, APBN 2025 akan menjadi pedoman presiden berikutnya. Melihat data real count Komisi Pemilihan Umum (KPU), APBN tersebut akan digunakan Prabowo Subianto.
Rancangan defisit itu diiringi dengan target pertumbuhan ekonomi 2025 sebesar 5,3%-5,6%. Di atas target pertumbuhan 2024 sebesar 5,2% dan realisasi pertumbuhan ekonomi 2023 sebesar 5,05%.
Pelebaran defisit yang tidak bisa dijaga juga bisa berdampak besar kepada keyakinan pasar keuangan Tanah Air.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)