Produksi Terancam Ulah Kartel OPEC+, Harga Minyak Melonjak 2 Hari

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
28 February 2024 09:35
Produksi gas WK Mahakam (Dok. Pertamina Hulu Mahakam (PHM))
Foto: Produksi gas WK Mahakam (Dok. Pertamina Hulu Mahakam (PHM))

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah kompak dibuka lebih rendah pada awal perdagangan hari ini, setelah lonjakan dua hari beruntun, dimana pasar mempertimbangkan untuk memperpanjang pengurangan produksi minyak.

Pada pembukaan perdagangan hari ini Rabu (28/2/2024), harga minyak mentah WTI dibuka melemah 0,49% di posisi US$78,48 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent dibuka lebih rendah atau turun 1,58% di posisi US$82,33 per barel.

Pada perdagangan Selasa (27/2/2024), harga minyak mentah WTI ditutup melesat 1,66% di posisi US$78,87 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent terapresiasi 1,36% ke posisi US$83,65 per barel.

Harga minyak naik lebih dari US$1 per barel pada perdagangan Selasa karena sumber mengatakan OPEC+ sedang mempertimbangkan untuk memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela hingga kuartal kedua untuk memberikan dukungan tambahan pada harga minyak.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, pada bulan November 2023 menyetujui pemotongan sukarela dengan total sekitar 2,2 juta barel per hari (bph) untuk kuartal pertama tahun ini, dipimpin oleh Arab Saudi yang melanjutkan pemotongan sukarela mereka sendiri.

Kelompok produsen dapat mempertahankan pengurangan tambahan hingga akhir tahun, dua sumber mengatakan kepada Reuters.

"Kita akan melihat terbatasnya pasokan di masa mendatang," ujar Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.

"OPEC memperkirakan harga minyak Brent berada pada kisaran pertengahan US$80 per barel, mungkin sekitar US$85 per barel. Jika kita tetap di bawah itu, mereka akan membatasi produksi hingga akhir tahun," tambah Kissler.

Hal lain yang juga mendukung harga minyak dari sisi pasokan adalah Israel dan Hamas, serta mediator Qatar, semuanya menyuarakan kewaspadaan mengenai kemajuan menuju gencatan senjata di Gaza, setelah Presiden AS Joe Biden mengatakan dia yakin gencatan senjata dapat dicapai dalam waktu kurang dari seminggu untuk menghentikan gencatan senjata.

Juru bicara Houthi Yaman mengatakan operasi kelompok tersebut di Laut Merah hanya akan berhenti ketika "agresi" Israel terhadap Gaza berakhir. Serangan rudal dan drone Houthi terhadap pelayaran internasional telah menaikkan biaya pengangkutan produk energi dan berkontribusi pada pengetatan pasar.

Di AS, persediaan minyak mentah diperkirakan meningkat sekitar 2,7 juta barel pada minggu lalu, sementara persediaan minyak sulingan dan bensin terlihat menurun.

American Petroleum Institute akan merilis data mingguan persediaan minyak mentah AS pada pukul 16:30 waktu AS, diikuti oleh laporan pemerintah pada Rabu pagi.

Sementara itu, crack spread kilang AS 3-2-1 yang merupakan proksi margin penyulingan, naik ke level tertinggi dalam lebih dari lima bulan. Lonjakan ini menunjukkan peningkatan profitabilitas kilang di tengah tingginya permintaan konsumen terhadap produk minyak bumi.

Pasar memperkirakan akan melihat beberapa peningkatan dalam permintaan minyak China karena peningkatan permintaan perjalanan selama liburan Tahun Baru Imlek melebihi kekhawatiran perlambatan indikator-indikator makro-ekonomi.

Pihak berwenang Rusia mengumumkan larangan ekspor bensin selama enam bulan mulai 1 Maret untuk mengimbangi meningkatnya permintaan dan memungkinkan pemeliharaan kilang.

Pasar minyak mentah global diperkirakan cukup stabil tahun ini pada kisaran US$80 per barel, ujar Russel Hardy, CEO pedagang minyak dan gas Vitol, kepada Reuters.

Berbicara pada konferensi Energy Institute, Hardy juga mengatakan permintaan minyak global diperkirakan akan mencapai puncaknya pada awal tahun 2030an.

Kedua tolok ukur minyak tersebut telah ditutup lebih dari 1% lebih tinggi pada perdagangan hari Senin setelah penurunan 2-3% selama seminggu sebelumnya karena pasar memperhitungkan kemungkinan yang lebih besar bahwa pemotongan suku bunga mungkin memerlukan waktu lebih lama dari perkiraan sebelumnya.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Minyak Membara Usai Penutupan Ladang Minyak Libya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular